Memahami
berbagai unsur-unsur budaya dan kaitan antara unsur dalam penunjang pelaksanaan
konseling lintas budaya
Citra
Madian Ramadhani (15130048)
Bimbingan
dan konseling
Ringkasan materi
Penerapan
konseling lintas budaya mengharuskan konselor peka dan
tanggap terhadap adanya keragaman budaya dan adanya perbedaan budaya antar
kelompok klien yang satu dengan kelompok klien lainnya, dan antara konselor
sendiri dengan kliennya. Konselor harus sadar akan implikasi diversitas budaya
terhadap proses
konseling. Budaya yang dianut sangat mungkin menimbulkan
masalah dalam interaksi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Masalah bisa
muncul akibat interaksi individu dengan lingkungannya. Sangat mungkin masalah
terjadi dalam kaitannya dengan unsur-unsur kebudayaan, yaitu budaya yang dianut
oleh individu, budaya yang ada di lingkungan individu, serta tuntutan-tuntutan
budaya lain yang ada di sekitar individu.
Proses konseling memperhatikan,
menghargai, dan menghormati unsur-unsur kebudayaan tersebut. Pengentasan masalah
individu sangat mungkin dikaitkan dengan budaya yang mempengaruhi individu.
Pelayanan konseling menyadarkan klien yang terlibat dengan budaya tertentu;
menyadarkan bahwa permasalahan yang timbul, dialami bersangkut paut dengan
unsur budaya tertentu, dan pada akhirnya pengentasan masalah individu tersebut
perlu dikaitkan dengan unsur budaya yang bersangkutan.
Kata Kunci : Memahami
berbagai unsur-unsur budaya dan kaitan antara unsur dalam penunjang pelaksanaan
konseling lintas budaya
Pendahuluan
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi telah memicu lajunya perkembangan peradaban
manusia, yang berdampak pada mobilitas penduduk, modal, nilai dan ideologi dsb.
dari suatu tempat ke tempat yang lain. Akibatnya, tercipta suatu pemukiman
dengan beragam budaya. Keragaman budaya ini pada kondisi normal dapat
menumbuhkan keharmonisan hidup, namun dalam kondisi bermasalah dapat
menimbulkan hambatan dalam berkomunikasi dan penyesuaian antar budaya.
Adanya
keragama budaya merupakan realitas hidup, yang tidak dapat dipungkiri
mempengaruhi perilaku individu dan seluruh aktivitas manusia, yang termasuk di
dalamnya adalah aktivitas konseling. Karena itu, dalam melakukan konseling,
sangat penting untuk mempertimbangkan budaya yang ada. Namun, dalam kenyataannya,
kesadaran budaya dalam praktek konseling masih sangat kurang. Hal ini sangat
berbahaya konseling yang tidak mempertimbangkan budaya klien yang berbeda akan
merugikan klien. Menurut Freire, pendidikan yang tidak melihat budaya klien
adalah pendidikan yang menindas. Kesadaran budaya harus menjadi tujuan
pendidikan, termasuk konseling yang lebih mengena.
Metode
Artikel ini terbentuk
dari sumber web
Pembahasan
Istilah budaya berasal
dari kata “budaya”yanag berarti “pikiran, akal, budi,adat itiadat,
sesuyi yang sudah menjadi kebiasaan, sehingga sukar untuk diubah”. Kebudayaan
itu sendiri berarti “hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia
seperti kesenian, kepercayaan dan adat istiadat” ( kamus besar bahasa
Indonesia, 1998:149). Menurut Koetjaraningrat (1997: 94) menjelaskan budaya
dapt dimaknai sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia yang diperoleh dari hasil belajar dalam kehidupa masyarakat, yang
dijadikan milik manusia itu sendiri. Berkaitan dengan hal itu, tingkah laku
individu sebgai anggota masyarakat terkaib dengan budaya yang diwujudkan dalam
berbagai pranata. Pranata tersebut berfungsi sebagai mekanisme kontrol bagi
tingkahlaku manusia untuk memenuhi kebutuhanya.
Manusia
tidak dapat terlepas dari budaya, keduanya saling memberikan
pengaruh. Pengaruh budaya terhadap kepribadian individu akan terlihat pada
perilaku yang ditampilkan. Bagaimana hubungan manusia dengan kebudayaan
sebenarnya banyak dikaji dan dianalisis oleh ilmu antropologi. Sedangkan
bagaimana individu berperilaku akan banyak disoroti dari sudut tinjauan
psikologi. Manusia adalah miniatur kebudayaannya. Oleh karena itu, tingkah laku
manusia perlu dijelaskan bukan hanya dari sudut pandang individu itu sendiri,
melainkan juga dari sudut pandang budayanya, outside dan within him (Kneller,
1978). Manusia adalah produk dan sekaligus pencipta aktif suatu kelompok
sosial, organisasi, budaya dan masyarakat. Sebagai produk, manusia memiliki
ciri-ciri dan tingkah laku yang dipelajari dari konteks sosialnya. Sebaliknya
sebagai pencipta yang aktif manusia juga memberikan kontribusinya kepada
perkembangan budayanya (Ritzer, Kammeyer, dan Yetman, 1979).
Pelayanan
konseling hakikatnya merupakan proses pemberian bantuan dengan
penerapkan prinsip-prinsip psikologi. Secara praktis dalam kegiatan konseling
akan terjadi hubungan antara satu dengan individu lainnya (konselor dengan
klien). Dalam hal ini individu tersebut berasal dari lingkungan yang berbeda
dan memiliki budayanya masing-masing. Oleh karena itu dalam proses konseling
tidak dapat dihindari adanya keterkaitan unsur-unsur budaya.
Keragaman
budaya dapat menimbulkan konsekuensi munculnya etnosetrisme dan kesulitan
komunikasi. Etnosetrisme mengacu pada adanya perasaan superior pada diri
individu karena kebudayaan atau cara hidupnya yang dianutnya dianggap lebih
baik. Sedangkan bahasa adalah simbol verbal dan nonverbal yang memungkinkan
manusia untuk mengkomunikasikan apa yang dirasakannya dan dipikirkannya.
Apabila terjadi perbedaan dalam menginterpretasikan simbol-simbol verbal dan
nonverbal diantara dua orang atau lebih yang sedang berkomunikasi, maka akan
timbul persoalan.
Lebih jelas
Clemon E. Vontres mengemukakan bahwa jika konselor dan klien merasakan
persamaan budaya meskipun sebenarnya secara budaya mereka berbeda maka
interaksi tersebut tidak boleh dinamakan konseling lintas budaya. Sebaliknya
jika konselor dan klien secara budaya sama tetapi masing-masing mereka merasa
berbeda budaya maka interaksinya dapat dinamakan lintas budaya. Jadi dalam
konseling lintas budaya, yang menjadi standar adalah interaksi yang terjadi
dalam hubungan konseling dan bagaimana interaksi dirasakan serta dihayati oleh
konselor dan klien. Jika dalam interaksi itu dirasakan adanya
perbedaan-perbedaan secara budaya maka interaksi tersebut dinamakan konseling
lintas budaya. Dengan demikian dalam konseling lintas budaya perbedaan antara
konselor dan klien bukan hanya terletak pada adanya perbedaan bangsa saja,
tetapi juga mencakup perbedaan aspek-aspek kebudayaan yang lebih luas.
Unsur-unsur Pokok dalam Konseling
Lintas Budaya
Dalam pengkajian
isu tentang budaya, Locke dalam Brown (1988) mengemukakan tiga unsur pokok
dalam konseling lintas budaya, yaitu :
Individu adalah penting dan khas
Konselor membawa nilai-nilai yang
berasal dari lingkungan budayanya
Klien yang datang menemui konselor
juga membawa seperangkat nilai dan sikap yang mencerminkan budayanya.
Selanjutnya Brown
menyatakan bahwa keberhasilan bantuan konseling sangat
dipengaruhi oleh factor-faktor bahasa, nilai, stereotype, kelas sosial, suku,
dan juga jenis kelamin. Menurut Sue, faktor-faktor budaya yang
berpengaruh dalam dalam konseling adalah pandangan mengenai
sifat hakikat manusia, orientasi waktu, hubungan dengan alam, dan orientasi
tindakan. Sehubungan dengan hal tersebut, Clemon E. Vontres dalam dialognya
dengan Morris Jacson mengemukakan bahwa budaya terdiri dari lima lingkaran
sosialisasi yang melingkupi dan mempengaruhi sikap, nilai-nilai dan buhasa.
Lima lingkup yang dimaksud meliputi: interaksi universal (dunia), ekologi
nasional (negara), regional, ras, dan etnis. Unsur-unsur tersebut mempengaruhi
manusia sebagai individu dalam berbagai bentuk kondisi.
Dari paparan di
atas dapat dianalisis bahwa unsur-unsur pokok yang perlu diperhatikan dalam
konseling lintas budaya adalah sebagai berikut:
Klien sebagai individu yang unik, yang
memiliki unsur-unsur budaya tertentu yang berpengaruh pada sikap, bahasa,
nilai-nilai, pandangan hidup, dan sebagainya.
Konselor sebagai individu yang unik
juga tidak terlepas dari pengaruh unsure-unsur budaya seperti halnya klien yang
dilayani.
Dalam hubungan konseling konselor
harus menyadari unsur-unsur tersebut dan menyadari bahwa unsur-unsur budaya itu
akan mempengaruhi keberhasilan proses konseling.
Unsur-Unsur Kebudayaan
Mempelajari unsur-unsur yang terdapat dalam
sebuah kebudayaan sangat penting untuk memahami kebudayaan manusia. Kluckhon
dalam bukunya yang berjudul Universal
Categories of Culture membagi
kebudayaan yang ditemukan pada semua bangsa di dunia dari sistem kebudayaan
yang sederhana seperti masyarakat pedesaan hingga sistem kebudayaan yang
kompleks seperti masyarakat perkotaan. Kluckhon membagi sistem kebudayaan menjadi
tujuh unsur kebudayaan universal atau disebut dengan kultural universal.
Menurut Koentjaraningrat, istilah universal menunjukkan bahwa unsur-unsur
kebudayaan bersifat universal dan dapat ditemukan di dalam kebudayaan semua
bangsa yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Ketujuh unsur kebudayaan tersebut adalah :
1.
Sistem Bahasa
Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia.
Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia secara lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta variasivariasi dari bahasa itu. Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku bangsa tersebut dapat diuraikan dengan cara membandingkannya dalam klasifikasi bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun, keluarga dan subkeluarga. Menurut Koentjaraningrat menentukan batas daerah penyebaran suatu bahasa tidak mudah karena daerah perbatasan tempat tinggal individu merupakan tempat yang sangat intensif dalam berinteraksi sehingga proses saling memengaruhi perkembangan bahasa sering terjadi
Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia.
Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia secara lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta variasivariasi dari bahasa itu. Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku bangsa tersebut dapat diuraikan dengan cara membandingkannya dalam klasifikasi bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun, keluarga dan subkeluarga. Menurut Koentjaraningrat menentukan batas daerah penyebaran suatu bahasa tidak mudah karena daerah perbatasan tempat tinggal individu merupakan tempat yang sangat intensif dalam berinteraksi sehingga proses saling memengaruhi perkembangan bahasa sering terjadi
2.
Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan dalam
kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan teknologi karena
sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia. Sistem pengetahuan
sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai
unsur yang digunakan dalam kehidupannya
Masyarakat pedesaan yang hidup dari bertani akan memiliki sistem kalender pertanian tradisional yang disebut system pranatamangsa yang sejak dahulu telah digunakan oleh nenek moyang untuk menjalankan aktivitas pertaniannya. Menurut Marsono, pranatamangsa dalam masyarakat Jawa sudah digunakan sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu. Sistem pranatamangsa digunakan untuk menentukan kaitan antara tingkat curah hujan dengan kemarau. Melalui sistem ini para petani akan mengetahui kapan saat mulai mengolah tanah, saat menanam, dan saat memanen hasil pertaniannya karena semua aktivitas pertaniannya didasarkan pada siklus peristiwa alam. Sedangkan Masyarakat daerah pesisir pantai yang bekerja sebagai nelayan menggantungkan hidupnya dari laut sehingga mereka harus mengetahui kondisi laut untuk menentukan saat yang baik untuk menangkap ikan di laut. Pengetahuan tentang kondisi laut tersebut diperoleh melalui tanda-tanda atau letak gugusan bintang di langit
Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui dengan teliti pada musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai. Selain itu, manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti ciriciri bahan mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya. Menurut Koentjaraningrat, setiap suku bangsa di dunia memiliki pengetahuan mengenai, antara lain:
a. alam sekitarnya;
b. tumbuhan yang tumbuh di sekitar daerah tempat tinggalnya;
c. binatang yang hidup di daerah tempat tinggalnya;
d zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya;
e. tubuh manusia;
f. sifat-sifat dan tingkah laku manusia;
g. ruang dan waktu.
Masyarakat pedesaan yang hidup dari bertani akan memiliki sistem kalender pertanian tradisional yang disebut system pranatamangsa yang sejak dahulu telah digunakan oleh nenek moyang untuk menjalankan aktivitas pertaniannya. Menurut Marsono, pranatamangsa dalam masyarakat Jawa sudah digunakan sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu. Sistem pranatamangsa digunakan untuk menentukan kaitan antara tingkat curah hujan dengan kemarau. Melalui sistem ini para petani akan mengetahui kapan saat mulai mengolah tanah, saat menanam, dan saat memanen hasil pertaniannya karena semua aktivitas pertaniannya didasarkan pada siklus peristiwa alam. Sedangkan Masyarakat daerah pesisir pantai yang bekerja sebagai nelayan menggantungkan hidupnya dari laut sehingga mereka harus mengetahui kondisi laut untuk menentukan saat yang baik untuk menangkap ikan di laut. Pengetahuan tentang kondisi laut tersebut diperoleh melalui tanda-tanda atau letak gugusan bintang di langit
Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui dengan teliti pada musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai. Selain itu, manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti ciriciri bahan mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya. Menurut Koentjaraningrat, setiap suku bangsa di dunia memiliki pengetahuan mengenai, antara lain:
a. alam sekitarnya;
b. tumbuhan yang tumbuh di sekitar daerah tempat tinggalnya;
c. binatang yang hidup di daerah tempat tinggalnya;
d zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya;
e. tubuh manusia;
f. sifat-sifat dan tingkah laku manusia;
g. ruang dan waktu.
3.
Sistem Kekerabatan dan Organisasi
Sosial
Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi social merupakan usaha antropologi untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam tingkatantingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi social dalam kehidupannya.
Kekerabatan berkaitan dengan pengertian tentang perkawinan dalam suatu masyarakat karena perkawinan merupakan inti atau dasar pembentukan suatu komunitas atau organisasi sosial.
Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi social merupakan usaha antropologi untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam tingkatantingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi social dalam kehidupannya.
Kekerabatan berkaitan dengan pengertian tentang perkawinan dalam suatu masyarakat karena perkawinan merupakan inti atau dasar pembentukan suatu komunitas atau organisasi sosial.
4.
Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik.
Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik.
5.
Sistem Ekonomi/Mata Pencaharian
Hidup
Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi pada masyarakat tradisional, antara lain
a. berburu dan meramu;
b. beternak;
c. bercocok tanam di ladang;
d. menangkap ikan;
e. bercocok tanam menetap dengan sistem irigasi.
Pada saat ini hanya sedikit sistem mata pencaharian atau ekonomi suatu masyarakat yang berbasiskan pada sektor pertanian. Artinya, pengelolaan sumber daya alam secara langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam sektor pertanian hanya bisa ditemukan di daerah pedesaan yang relatif belum terpengaruh oleh arus modernisasi.
Pada saat ini pekerjaan sebagai karyawan kantor menjadi sumber penghasilan utama dalam mencari nafkah. Setelah berkembangnya sistem industri mengubah pola hidup manusia untuk tidak mengandalkan mata pencaharian hidupnya dari subsistensi hasil produksi pertaniannya. Di dalam masyarakat industri, seseorang mengandalkan pendidikan dan keterampilannya dalam mencari pekerjaan.
Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi pada masyarakat tradisional, antara lain
a. berburu dan meramu;
b. beternak;
c. bercocok tanam di ladang;
d. menangkap ikan;
e. bercocok tanam menetap dengan sistem irigasi.
Pada saat ini hanya sedikit sistem mata pencaharian atau ekonomi suatu masyarakat yang berbasiskan pada sektor pertanian. Artinya, pengelolaan sumber daya alam secara langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam sektor pertanian hanya bisa ditemukan di daerah pedesaan yang relatif belum terpengaruh oleh arus modernisasi.
Pada saat ini pekerjaan sebagai karyawan kantor menjadi sumber penghasilan utama dalam mencari nafkah. Setelah berkembangnya sistem industri mengubah pola hidup manusia untuk tidak mengandalkan mata pencaharian hidupnya dari subsistensi hasil produksi pertaniannya. Di dalam masyarakat industri, seseorang mengandalkan pendidikan dan keterampilannya dalam mencari pekerjaan.
6.
Sistem Religi
Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut.
Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa di luar Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada zaman dahulu ketika kebudayaan
mereka masih primitif.
Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut.
Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa di luar Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada zaman dahulu ketika kebudayaan
mereka masih primitif.
7.
Kesenian
Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada teknikteknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu masyarakat.
Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir, seni lukis, dan seni rias. Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental, sedangkan seni sastra terdiri atas prosa dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari, yakni seni yang dapat ditangkap melalui indera pendengaran maupun penglihatan. Jenis seni tradisional adalah wayang, ketoprak, tari, ludruk, dan lenong. Sedangkan seni modern adalah film, lagu, dan koreografi.
Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada teknikteknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu masyarakat.
Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir, seni lukis, dan seni rias. Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental, sedangkan seni sastra terdiri atas prosa dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari, yakni seni yang dapat ditangkap melalui indera pendengaran maupun penglihatan. Jenis seni tradisional adalah wayang, ketoprak, tari, ludruk, dan lenong. Sedangkan seni modern adalah film, lagu, dan koreografi.
Kesimpulan
Dari paparan di
atas dapat dianalisis bahwa unsur-unsur pokok yang perlu diperhatikan dalam
konseling lintas budaya adalah sebagai berikut:
1.
Sistem Bahasa
2.
Sistem Pengetahuan
3.
Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial
4.
Sistem Ekonomi/Mata Pencaharian Hidup
5.
Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
6.
Sistem Religi
7.
Kesenian
Saran
Semoga artikel ini bermanfaat dan
semoga dapat lebih baik lagi
Daftar pustaka
https://blog.uad.ac.id/tuti1400001115/2016/05/16/makalah-konseling-lintas-budaya/
0 Response to "artikel Memahami berbagai unsur-unsur budaya dan kaitan antara unsur dalam penunjang pelaksanaan konseling lintas budaya"
Post a Comment