MAKALAH BIMBINGAN KONSELING BELAJAR
“PENGAJARAN REMEDIAL”
Dosen Pengampu : Hadi Pranoto, M.Pd.
Disusun
oleh :
Dessy
RahmaFhany : 15130060
Citra Madian R. : 15130048
Ni Made Lestari : 15130041
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN S1 BIMBINGAN KONSELING
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH METRO
TAHUN
AJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji
syukur marilah kita panjatkan pada Allah SWT, yang telah memberikan nikmat
sehat dan sempat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Bimbingan Konseling
Belajar yang berjudul “Pengajaran Remedial”
Shalawat
serta salam senantiasa kami haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW,
dan para sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman . Tentunya dalam
penulisan makalah ini dengan segala keterbatasan dan tidak lepas dari
kekurangan. Sekiranya rekan-rekan sekalian dapat memaklumi dan memberikan saran
untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi penulis dan kita semua. Amin.
Metro, 8 September 2016
Kelompok VII
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam kegiatan pembelajaran termasuk
pembelajaran mandiri selalu dijumpai adanya peserta didik yang mengalami
kesulitan dalam mencapai tujuan pembelajaran dan penguasaan materi
pembelajaran yang telah ditentukan. Secara garis besar kesulitan dimaksud
dapat berupa kurangnya pengetahuan, kesulitan memahami materi pembelajaran,
maupun kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas latihan dan menyelesaikan
soal-soal ulangan.
Agar peserta didik dapat memecahkan
kesulitan tersebut perlu adanya bantuan. Bantuan dimaksud berupa pemberian
pembelajaran remedial atau perbaikan. Untuk keperluan pemberian pembelajaran
remedial perlu dipilih strategi dan langkah-langkah yang tepat setelah terlebih
dahulu diadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar yang dialami peserta
didik.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun masala yang
kami bahas dalam makalah ini adalah:
1.
Jelaskan
apa pengertian remedial?
2.
Bagaimanakah
tahapan pengajaran remedial dan peluang layanan bimbingan dan konseling?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan yang
hendak kami capai dalam makalah ini adalah:
1.
Agar
pembaca dalam memahami pengertian remedial
2.
Agar
pembaca adapat memahami tahapan pengajaran remedial dan peluang layanan
bimbingan dan konseling
3.
Untuk
memenuhi tugas mata kuliah bimbingan konseling belajar
1.4 MANFAAT PENULISAN
Adapun maanfaat
yang hendak kami capai dalam makalah ini adalah pembaca dapat mengerti tentang
pengejaran remedial.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
PENGAJARAN REMEDIAL
A. PENGERTIAN REMEDIAL
Pembelajaran
menurut Corey, adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja
dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam
kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi
tertentu.Remedial berasal dari kata remedy (Bahasa Inggris) yang berarti
obat, memperbaiki, atau menolong.
Dalam kamus Bahasa Inggris kata remedial berarti yang berhubungan
dengan .Dengan demikian yang dimaksud pengajaran remedial adalah
suatu bentuk pengajaran yang berbentuk perbaikan, atau suatu bentuk
pengajaran yang membuat menjadi baik. Pembelajaran remedial adalah
pembelajaran yang ditujukan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan
dalam menguasai materi pelajaran.
Remedial diartikan sebagai pengobatan, penawaran, serta penyembuhan
yang berhubungan dengan perbaikan. Dalam pengertian yang lebih luas
pengajaran remedial yaitu pengajaran yang bersifat kuratif (penyembuhan)
dan atau korektif (perbaikan). Jadi pengajaran remedial merupakan bentuk
khusus pengajaran yang bertujuan untuk menyembuhkan atau memperbaiki
proses pembelajaran yang menjadi penghambat atau yang dapat menimbulkan
masalah atau kesulitan belajar bagi peserta didik. Sedangkan menurut
Prayitno remedial merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada
seseorang atau sekelompok siswa yang menghadapi masalah belajar dengan
maksud untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil
belajar mereka
Pembelajaran remedial merupakan suatu
bentuk pembelajaran yang bersifat mengobati, menyembuhkan, atau membetulkan
pembelajaran dan membuatnya lebih baik dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran yang maksimal Pembelajaran remedial dilaksanakan untuk membantu
peserta didik yang lamban maupun kesulitan dalam belajar untuk memperbaiki
kekurangannya sehingga mereka berada kembali setingkat dengan teman lainnya.
Pengajaran
remedial (remedial teaching) secara
etimologis berasal dari kata remedy (Inggris) yang artinya menyembuhkan,
membetulkan, perbaikan, pengulangan. Sedangkan teaching adalah mengajar, cara mengajar atau mengajarkan.
Pengajaran remedial secara terminologis adalah suatu kegiatan belajar
mengajar yang bersifat menyembuhkan atau perbaikan ke arah pencapaian hasil
yang diharapkan.
Pengajaran remedial menurut Abd. Rachmat
Abror adalah bentuk pengajaran perbaikan yang diberikan
kepada seseorang siswa untuk membantu memecahkan kesulitan belajar yang
dihadapinya. Menurut Abin Syamsuddin, pengajaran remedial adalah sebagai upaya
guru untuk menciptakan suatu situasi yang memungkinkan individu atau kelompok
siswa (dengan kerakter) tertentu lebih mampu meningkatkan prestasi
seoptimal mungkin sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang
diharapkan. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriono, pengajaran
remedial adalah suatu bentuk khusus pengajaran yang bersifat menyembuhkan,
membetulkan atau membuat menjadi baik.
Berdasarkan pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa, pengajaran remedial adalah suatu layanan pendidikan
atau suatu bentuk program pembelajaran yang dilaksanakan dengan perlakuan khusus
yang diberikan guru pada siswa yang mengalami kesulitan dan hambatan dalam
kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa tersebut mencapai standar
kompetensi yang telah ditentukan
B. TUJUAN, FUNGSI dan CIRI-CIRI PENGAJARAN REMEDIAL
Dalam pengajaran remedial adanya proses
yang terjadi antara guru (subjek) dan siswa (objek), yaitu terjadinya
proses interaksi dan pentransferan ilmu pengetahuan untuk tujuan tersebut,
guru harus menguasai kompetensi peserta didik.
Tujuan remedial secara terperinci yakni:
1.
Agar peserta didik dapat memahami
dirinya, khususnya prestasi belajarnya dan dapat mengenal kelemahannya
dalam mempelajari suatu bahan pembelajaran.
2.
Agar peserta didik dapat memperbaiki dan
mengubah cara belajar ke arah yang lebih baik.
3.
Agar peserta didik dapat memilih materi
dan fasilitas belajar secara tepat.
4.
Agar peserta didik dapat mengembangkan
sikap dan kebiasaan yang dapat mendorong tercapainya hasil yang lebih
baik.
5.
Agar peserta didik dapat melaksanakan
tugas-tugas belajar yang diberikan kepadanya, setelah ia mampu menguasai hambatan-hambatan
yang menjadi penyebab kesulitan belajar.
Tujuan pengajaran remedial menurut Abu
Ahmadi dan Widodo Supriono secara umum tidak berbeda dengan pengajaran
dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Secara khusus
pengajaran perbaikan bertujuan agar siswa yang mengalami kesulitan belajar
dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui proses
perbaikan.Tujuan pembelajaran remedial adalah untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan belajar dengan memperbaiki prestasi belajarnya.
Adapun
fungsi pengajaran remedial antara lain:
1.
Fungsi
korektif
Fungsi korektif
adalah dapat dilakukan pembetulan atau perbaikan terhadap hal-hal yang
dipandang belum memenuhi apa yang diharapkan dalam proses pembelajaran.
Sebelum proses belajar mengajar dimulai, guru membuat perencanaan
pembelajaran agar memperoleh hasil yang diharapkan. Dengan demikian, guru dapat
mengetahui perbedaan individual siswa dan kesulitan belajar siswa tersebut.
2.
Fungsi
pemahaman
Fungsi pemahaman
yaitu memungkinkan guru, siswa dan pihak lain dapat memperoleh pemahaman
yang lebih baik terhadap pribadi siswa.10 Kepribadian siswa sangat
mempengaruhi hasil belajarnya. Oleh karena itu, guru atau pihak lain dapat
memahami kepribadian pada diri siswa atau perbedaan pada masing-masing siswa.
3.
Fungsi
penyesuaian
Fungsi penyesuaian
yaitu pengajaran remedial dapat membentuk siswa untuk bisa beradaptasi
atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Siswa dapat belajar sesuai
dengan kemampuannya sehingga peluang untuk mencapai hasil lebih baik lebih
besar. Tuntutan disesuaikan dengan jenis, sifat, dan latar belakang kesulitan
sehingga termotivasi untuk belajar.
Adapun pelaksanaan
program ini dapat dilakukan secara relevan dengan tingkat yang dimiliki
siswa dikarenakan faktor individual siswa dalam memahami suatu bidang
studi. Maka fungsi penyesuaian ini memungkinkan individual siswa dengan
karakter tertentu dapat termotivasi untuk belajar.
4.
Fungsi
pengayaan
Fungsi pengayaan
yaitu dapat memperkaya proses belajar mengajar. Pengayaan dapat melalui
atau terletak dalam segi metode yang dipergunakan dalam pengajaran
remedial sehingga hasil yang diperoleh lebih banyak, lebihdalam atau dengan singkat prestasi belajarnya
lebih kaya. Adanya daya dukung fasilitas teknis, serta sarana penunjang
yang diperlukan. Sasaran pokok fungsi iniialah agar hasil remedial itu lebih sempurna
dengan diadakannya pengayaan. Semakin banyak hasil belajar yang diperoleh
dan semakin dalam ilmu yang didapat, maka prestasi belajarnya pun semakin
meningkat.
5.
Fungsi
terapetik
Fungsi terapetik
yaitu secara langsung ataupun tidak, pengajaran perbaikan dapat
memperbaiki atau menyembuhkan kondisi kepribadian yang menyimpang. Penyembuhan
ini dapat menunjang penyampaian prestasi belajar dan pencapaian prestasi
yang baik dapat mempengaruhi pribadi.
Ciri-ciri pembelajaran remedial menurut Usman
dan Setiawati yang dibandingkan dengan pengajaran biasa (regular):
1.
Kegiatan pembelajaran biasa
sebagai program belajar mengajar di kelas dan semua mahasiswa ikut
berpartisipasi. Pembelajaran remedial diadakan setelah diketahui kesulitan
belajar kemudian diadakan pelayanan khusus.
2.
Tujuan pembelajaran biasa
dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum
yang berlaku dan sama untuk semua mahasiswa. Pembelajaran remedial tujuannya
disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dihadapi mahasiswa.
3.
Metode yang digunakan dalam
pembelajaran biasa sama untuk semua mahasiswa, sedangkan metode pembelajaran
remedial bersifat diferensial disesuaikan dengan sifat, jenis dan latar
belakang kesulitan belajar.
4.
Pendekatan dan teknik
pembelajaran remedial disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dihadapi
mahasiswa, sedangkan pembelajaran biasa bersifat umum dan sama.
5.
Alat dan evaluasi yang
digunakan dalam pembelajaran remedial disesuaikan dengan kesulitan belajar yang
dihadapi mahasiswa, sedangkan pembelajaran biasa evaluasinya menggunakan alat
yang bersifat seragam dan kelompok.
C. TAHAP PENGAJARAN REMEDIAL
dan PELUANG LAYANAN BIMBINGAN dan KONSELING
Prosedur Pembelajaran Remedial
Secara garis besar prosedur pembelajaran remedial dikelompokkan
menjadi 4 tahap yaitu :
1.
Meneliti kasus
dengan permasalahannya sebagai titik tolak kegiatankegiatan berikutnya dan
menemukan kesulitan yang dihadapi (diagnosis). Tujuan kegiatan ini adalah untuk
memperoleh gambaran yang jelas mengenai kesulitan yang dihadapi oleh peserta
didik yang meliputi : letak kesalahan menyelesaikan masalah, kesulitan yang
dihadapi, dan faktorfaktor penyebab timbulnya kesulitan tersebut.
2.
Menentukan
tindakan yang harus dilakukan (prognosis). Merupakan langkah untuk
memperkirakan bantuan apa yang dapat digunakan untuk membantu peserta didik
mengatasi kesulitannya.
3.
Treatment
(pelaksanaan bantuan). Berdasarkan skala prioritas yang diberikan pada langkah
prognosis, guru mencoba untuk memberikan bantuan dengan teknik atau cara
bantuan yang paling efisien dan efektif. Bantuan yang efektif dan efisien
adalah bantuan yang diperkirakan memberikan hasil paling tinggi, dengan waktu,
biaya, dan peralatan yang paling hemat.
4.
Melakukan
evaluasi kembali sudah sejauh mana pengajaran remedial tersebut telah dapat
meningkatkan prestasi mereka. Tujuan yang paling utama dari evaluasi ini adalah
dipenuhinya criteria tingkat keberhasilan minimal yang diharapkan, misalnya 75
% atau 80 % (tergantung dari kebijakan dari masing-masing sekolah). Bila
terenyata masih belum berhasil, hendaknya dilakukan kembali diagnosis,
prognosis, dan pengajaran remedial berikutnya. Siklus yang sama akan terus
berlanjut hingga kriteria minimal kelulusan telah terpenuhi.
Prosedur
Pelaksanaan Remedial yang Efektif
Untuk
memperlancar pengajaran remedial dengan sempurna sehingga hasil yang
diinginkan tercapai lebih baik, maka pelaksanaan harus melalui
langkahlangkah yang tepat dan sistematis. Adapun prosedur pengajaran
remedial yaitu:
1. Meneliti kembali kasus
Meneliti kembali
kasus adalah mendiagnosis kasus kesulitan belajar dengan kriteria di bawah
minimal yang dicapai dari hasil belajarnya. Meneliti kembali kasus dengan
permasalahannya merupakan tahapan paling fundamental dalam pengajaran remedial
karena merupakan landasan titik tolak langkah-langkah berikutnya.
Adapun tujuan
penelitian kembali kasus ini adalah agar memperoleh gambaran yang jelas
mengenai kasus tersebut, serta cara dan kemungkinan pemecahannya.
Berdasarkan atas penelitian kasus akan dapat ditentukan siswasiswa yang
perlu mendapatkan pengajaran remedial. Kemudian ditentukan besarnya
kelemahan yang dialami dan dalam bidang studi apa saja mengalami kelemahan.
Dalam hadist
Rasulullah Ṣallallāhu ‘alayhi Wasallam mengatakan:
صلى لله علیھ
وسلم: المؤمن القوي
خیر وأحب إلى لله من
عن أبى ھریرة
رضى لله عنھ قال: قال رسول
المؤمن الضعیف.(رواه ابن ماجة)
Artinya:“Dari Abu Hurairah Raḍiyallāhu ‘anhu, ia berkata: “Telah bersabda Rasulullah Ṣallallāhu ‘alayhi Wasallam: “Seorang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah
dari pada orang mukmin yang lemah ”. (H. R. Ibnu Majah). Berdasarkan
hadist di atas dapat dipahami bahwa orang yang lemah akan menjadi beban bagi orang lain, orang
lemah bukan hanya dilihat dari segi fisiknya. saja, tetapi juga dari ilmu
pengetahuan.Sedangkan orang yang kuat baik dari fisik maupun
ilmu pengetahuannya, ia mampu mengatasi faktor-faktor penyebab kesulitan belajar.
Untuk mengatasi hal tersebut salah satu solusi yang tepat untuk meningkatkan
hasil belajar adalah membutuhkan pengajaran remedial yang mampu memberikan
potensi yang lebih baik.
Dalam pengajaran remedial, langkah ini
merupakan tahapan paling fundamental karena merupakan landasan pangkal tolak
langkah- langkah berikutnya. Sasaran pokok langkah ini adalah untuk memperoleh
gambaran yang lebih jelas (definit) mengenai karakteristik kasus berikut
permasalahannya untuk memperoleh gambaran yang lebih definitfasilitas
alternatif tindakan remedial yang direomendasikan, sesuai dengan sasaran pokok
tersebut maka kegiatan di dalam langkah ini difokuskan kepada suatu analisis
rasional atas hasil diagnosis yang telah dilakukan atau rekomendasi dari pihak
lain (guru, petugas BP dan sebagainya). Analisis ini merupakan kegiatan
pengecekan kembali terhadap:
A.
Kebenaran dan
kelengkapan data/ informasi yang mendukung pernyataan atau penjelasan tentang
karakteristik kasus serta permasalahannya,
B.
Relevansi
antara tafsiran dan kesimpulan yang dibuat dengan data pendukungnya serta
konsistensinya antara berbagai data satu sama lain.
C.
Ketepatan
prakiraan berdasarkan hasil diagnosis yang didukung oleh data yang relevan.
D.
Visibilitas
dari setiap alternatif pengajaran remedial yang direkomendasikan.
2.
Menentukan
tindakan yang harus dilakukan
Menentukan
tindakan yang harus dilakukan yaitu menentukan alternatif pilihan yang
relevan dengan karakteristik kasus yang ditangani. Langkah ini merupakan
lanjutan dari langkah pertama. Dari hasil penelaah dan penelitian kembali
kasus yang dilakukan pada langkah pertama itu akan diperoleh karakteristik
kasus yang ditangani tersebut, yaitu dapat diklasifikasikan ke dalam tiga
golongan yaitu berat, cukup, dan ringan. Dikatakan kasus berat jika siswa
belum memiliki cara belajar yang baik, juga memiliki hambatan emosional. Kasus
yang cukup adalah jika siswa telah mampu menemukan pola belajar tetapi belum
dapat berhasil karena ada hambatan psikologis. Sedangkan pada kasus ringan
jika siswa belum menemukan cara belajar yang baik. Setelah karakteristik
harus ditentukan, maka tindakan pemecahan perlu dipikirkan, yaitu sebagai
berikut:
a.
Kalau
kasusnya ringan, tindakan yang ditentukan adalah memberikan pengajaran
remedial.
b.
Kalau
kasusnya cukup dan berat, maka sebelum diberikan pengajaran remedial harus
diberi layanan konseling lebih dahulu, yaitu untuk mengatasi hambatanhambatan emosional
yang mempengaruhi cara belajarnya.
Langkah ini
merupakan lanjutan dari hasil pengkajian yang dilakukan pada langkah pertama itu
akan diperoleh kesimpulan mengenai dua hal pokok penting yaitu:
1.
Karakteristik
khusus yang akan ditangani secara umum, dapat dikategorikan pada salah satu
dari tiga kemungkinan, yaitu :
·
kasus yang
bersangkutan dapat disimpulkan hanya memiliki kesulitan dalam menemukan dan
mengembangkan pola strategi / metode / teknik belajar yang sesuai, efektif, dan
efisien.
·
kasus yang
bersangkutan dapat disimpulkan disamping memiliki kesulitan dalam mengembangkan
dalam menemukan dan mengembangkan pola strategi / metode / teknik belajar yang
sesuai, efektif, dan efisien itu, juga dihadapkan pada hambatan potensial
psokologis (ego-emosional, potensial-fungsional, sosial-psikologis) dalam
penyesuaian dengan dirinya dan lingkungan.
·
kasus yang
bersangkutan dapat disimpulkan telah memiliki kecenderungan ke arah kemampuan
menemukan dan mengembangkan pola-pola strategi / metode / teknik belajar yang
sesuai, efektif, dan efisien, namun terhambat oleh kondisi ego-emosional,
potensial-fungsional, sosial-psikologis, dan faktor instrumental-environmental
lainnya.
2.
Alternatif
pemecahannya lebih strategis jika:
·
Langsung ke
langkah keempat (pelaksanaan pengajaran remedial). Misalnya: jika kasusnya
termasuk kategori pertama atau.
·
Harus menempuh
dahulu langkah ketiga (layanan konseling/ psikoterapi) sebelum lanjut ke
langkah keempat (pelaksanaan pengajaran remedial) apabila misalnya kasus
termasuk kateegori kedua (pilihan alternatif tindakan) atau ketiga.
Jadi, sasaran
pokok kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah membuat suatu keputusan
pilihan alternatif mana yang harus ditempuh berdasarkan pertimbangan rasional
yang cermat. Dalam proses pengambilan keputusan ini ada beberapa prinsip-
prinsip sebagai berikut:
1.
Efektifitas, dalam artian lebih mampu untuk mencapai tujuan pengajaran remedial
yang diharapkan.
2.
Efisiensi, dalam arti lebih memerlukan usaha dan pengorbanan serta fasilitas
seminimal mungkin dengan hasil yang diharapkan semaksimal mungkin.
3.
Keserasian, dalam arti keseuaian dengan :
§ jenis karakteristik, intensitas, dan latar belakang permasalannya,
§ jumlah, jenis, dan sifat kepribadian khusus,
§ tingkat penguasaaan teori, kemahiran praktek, dan sifat kepribadian
guru yang akan menanganinya,
§ kesediaan daya dukung fasilitas teknik yang diperlukan,
§ kesediaan daya dukung sarana penunjang / lingkungan yagn
diperlukan,
§ waktu dan kesempatan yang tersedia pada pihak-pihak yang
bersangkutan.
3.
Pemberian
layanan bimbingan dan konseling
Layanan
bimbingan dan konseling adalah proses bantuan atau pertolongan yang
diberikan oleh guru/konselor kepada siswa melalui pertemuan tatap muka atau
hubungan timbal balik antara keduanya, agar siswa memiliki kemampuan atau
kecakapan dalam melihat dan menemukan masalahnya serta mampu menyelasaikan
masalahnya sendiri. Memberikan arahan atau interaksi antara guru dan siswa
dalam memecahkan suatu masalah yang menjadi hambatan mental emosional
dalam menghadapi kegiatan belajar.
Pelayanan
bimbingan dan konseling yaitu untuk memberikan jasa, manfaat atau
kegunaan, ataupun keuntungan-keuntungan tertentu kepada individu-individu yang
menggunakan pelayanan tersebut. Tujuan dari layanan ini adalah mengusahakan
terciptanya kesehatan agar siswa yang menjadi kasus itu terbebas dari
hambatan mental emosional dan ketegangan batinnya, kemudian siap sedia kembali
menghadapi kegiatan belajar secara wajar dan realistis.
4.
Pelaksanaan
pembelajaran remedial
Pelaksanaan
pembelajaran remedial merupakan suatu program yang diberikan guru untuk
memperbaiki prestasi belajar siswa yang dibawah kriteria ketuntasan
minimal. Program ini sebagai upaya guru untuk menciptakan suatu situasi
yang memungkinkan individu atau kelompok siswa (dengan karakter) tertentu
lebih mampu meningkatkan prestasi seoptimal mungkin sehingga dapat memenuhi
kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan. Sasaran pokok pada langkah
ini adalah peningkatan prestasi maupun kemampuan menyesuaikan diri sesuai
dengan ketentuan keberhasilan yang telah ditetapkan.
5.
Melakukan
pengukuran kembali terhadap prestasi belajar
Melakukan pengukuran
kembali terhadap prestasi adalah dengan mengadakan tes terhadap perubahan
pribadi siswa untuk mengetahui proses pengajaran remedial secara
menyeluruh. Langkah ini adalah melakukan pengukuran terhadap perubahan
pada diri siswa yang diberikan pengajaran remedial. Apakah ia sudah
mencapai apa yang direncanakan pada kegiatan pelaksanaan remedial atau
belum. Maka untuk mengetahui hal itu perlu dilakukan pengukuran terhadap
prestasinya kembali dengan alat post-tes atau tes sumatif yang seperti
dipergunakan pada proses belajar mengajar yang sesungguhnya.
6.
Melakukan
re-evaluasi dan re-diagnostik
Melakukan
re-evaluasi dan re-diagnostik adalah menafsirkan dengan membandingkan
kriteria seperti pada proses belajar mengajar yang sesungguhnya.
Adapun dari hasil
penafsiran itu dapat terjadi 3 kemungkinan dan rekomendasi yang dapat
diberikan yaitu:
a.
Kasus
menunjukkan peningkatan prestasi yang dihasilkan sesuai dengan kriteria
yang diharapkan, maka selanjutnya diteruskan ke program berikutnya.
b.
Kasus
menunjukkan peningkatkan prestasi, namun belum memenuhi kriteria yang
diharapkan, maka diserahkan pada pembimbing untuk diadakan pengayaan.
c.
Kasus
belum menunjukkan perubahan yang berarti dalam hal prestasi, maka perlu
didiagnosis lagi untuk mengetahui letak kelemahan pengajaran remedial untuk
selanjutnya diadakan ulangan dengan alternatif yang sama.
7.
Pengayaan
(Tugas Tambahan)
Pengayaan
adalah memperkaya ilmu pengetahuan atau memperluas ilmu pengetahuan siswa
dengan memberi tugas tambahan, baik tugas yang dikerjakan di rumah maupun
tugas yang dikerjakan di kelas. Langkah ini sama dengan langkah ketiga dan
bersifat pilihan (optimal) yang kondisional. Sasaran pokok langkah ini
ialah agar hasil remedial itu lebih sempurna dengan tindakan pengayaan. Adapun
prosedur pelaksanaan remedial menurut Muhammad Entang adalah identifikasi
kasus dan faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kesulitan belajar tidak
akan bermanfaat apabila tidak diikuti dengan tindakantindakan yang dapat
membantu para siswa yang mengalami kesulitan belajar. Sebelum mengambil
tindakan-tindakan tersebut seorang guru perlu merencanakan cara yang menurut
pertimbangannya akan dapat membantu siswa. Rencana yang disusun hendaknya
didasarkan pada hasil identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya
kesulitan belajar.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa melaksanakan pembelajaran remedial
berdasarkan prosedur-prosedur yang telah ditentukan agar proses pembelajaran
tersebut berjalan dengan lancar sehingga menemukan letak kesulitan belajar
pada diri siswa dan melaksanakan pembelajaran remedial.
2.2 ANALISIS PEMBAHASAN
Pengajaran
remedial sangat penting dalam pembelajaran siswa. Hal ini karena pengajaran
remedial sangat membantu guru serta murid dalam mencapai tujuan pembelajaran
yang diinginkaan. Pengajaran remedial ini akan sangat membantu siswa dalam hal
kurangnya nilai atau sikap yang kurang baik dalam kehidupan sehari-hari maka
dari itu pengjaran remedial sangat dibutuhkan guna untuk memperbaiki sikap dan
nilai dari peserta didik itu sendiri. Secara umum tujuan kegiatan remdiasi adalah sama dengan pembelajaran pada
umumnya yakni memperbaiki miskonsepsi siswa sehingga siswa dapat mncapai
kompetensi yang telah ditetapkan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Secara
khusus kegiatan remediasi bertujuan membantu siswa yang belum tuntas menguasai kompetensi
ditetapkan melalui kegiatan pembelajaran tambahan. Melalui kegiatan remediasi
siswa dibantu untuk mengatasi kesulitan belajar yang dihadapinya.
Remedial berfungsi sebagai korektif, sebagai
pemahaman,sebagai pengayaan, sebagai., sebagai Fungsi akselerasi( percepatan
belajar), dan berfungsi sebagai trapiutik ( melalui kegiatan remedial, guru
dapat membantu mengatasi kesulitan belajar siswa yang berkaitan dengan aspek
sosial dan aspek pribadi, seperti merasa dirinya kurang berhasil dalam belajar,
sering merasa rendah diri, atau terisolasi dalam pergaulan dan teman
sejawatnya, dengan remedial, dapat membantu rasa percaya diri siswa, sehingga
bersangkutan dapat meningkatkan hasil belajar dengan baik).
Peserta didik yang masuk dalam pengajaran
remedial biasanya memiliki: (a) kemampuan mengingat relatif kurang;
(b) perhatian yang sangat kurang dan mudah terganggu dengan sesuatu yang lain
disekitarnya pada saat belajar; (c) secara relatif lemah kemampuan memahami
secara menyeluruh (d) kurang dalam hal memotivasi diri dalam belajar (e) kurang
dalam hal kepercayaan diri dan rendah harapan dirinya; (f) lemah dalam
kemampuan pemecahan masalah; (g) sering gagal dalam menyimak suatu gagasan dari
suatu informasi; (h) mengalami kesulitan dalam memahami suatu konsep yang
abstrak; (i) gagal menghubungkan suatu konsep lainnya yang relevan; (j)
memerlukan waktu relatif lama dari pada yang lainnya untuk menyelesaikan
tugas-tugas (Kunandar, 2008).
Hakikat pengajaran remedial adalah untuk membantu siswa dalam
menangani kesulitan belajar yang dihadapinya. Pengajaran remedial menekankan
akan adanya perbaikan dari siswa yang akan menjalankan pengajaran remedial. Guru
melaksanakan perubahan dalam kegiatan pembelajarannya sesuai dengan kesulitan
yang dihadapi para siswa agar terjadinya perbaikan dari kesulitan belajar siswa
tersebut.
Sifat pokok kegiatan pembelajaran remedial ada
tiga yaitu: (1) menyederhanakan konsep yang komplek (2) menjelaskan konsep yang
kabur (3) memperbaiki konsep yang salah tafsir. Beberapa perlakuan yang dapat
diberikan terhadap sifat pokok remedial tersebut antara lain berupa: penjelasan
oleh guru, pemberian rangkuman, dan advance organizer, pemberian tugas dan
lain-lain.
Adapun prinsip-prinsip yang harus diperhatikan guru dalam
pengajaran remedial ini dapat diperhatikan sebagai berikut:
1.
Penyiapan pembelajaran: proses identifikasi
kebutuhan siswa dan menyiapkan rencana pembelajaran agar efektif.
2.
Merancang berbagai kegiatan pembelajaran
remedial untuk siswa dengan bervariasi
3.
Merancang belajar bermakna, misalnya kuis
games dan sebagainya
4.
Pemilihan pendekatan pembelajaran
5.
Memberikan arahan yang jelas untuk
menghindari kebingungan siswa
6.
Merumuskan gagasan utama sesuai dengan
kesulitan yang dialami siswa
7.
Meningkatkan keinginan belajar dan motivasi
kepada siswa
8.
Mendorong siswa berpartisipasi aktif dalam
kelas
9.
Memfokuskan pada proses belajar
10.
Memperlihatkan kepedulian terhadap individu
siswa (Kunandar, 2008)
2.3 INTEGRASI NILAI-NILAI ISLAM
Sebaik-baik manusia adalah, yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan
hari esok lebih baik dari hari ini.
Hitung-hitunglah diri kalian, sebelum kalian dihitung (Umar bin Khottob).
Siapa saja yang mengerjakan kebaikan (amal shaleh) baik lelaki maupun
wanita, dan ia beriman, maka baginya kehidupan yang lebih baik. (QS:16:97).
Dan berjihadlah kalian dengan harta dan jiwa kalian ...
Dan persiapkanlah oleh kalian segala kekuatan ... (Al Qur’an 8:60).
Siapa saja yang berbuat (to create process and product) kebajikan maka baginya pahala dan pahala orang yang mengikutinya (memanfaatkannya) ...
Allah mencintai orang yang selalu bekerja dan berusaha.
Tidak seorangpun yang akan memperoleh kehidupan yang lebih baik daripada orang yang memperoleh penghasilan dengan tangannya sendiri. Nabi Daud pun memperoleh nafkah penghidupan dari tangannya sendiri.
Barang siapa yang memudahkan urusan seorang muslimin, Allah akan memudahkan urusannya di hari kiamat.
Orang yang cerdas ialah yang menghisab dirinya dan berbuat untuk kepentingan sesudah mati. Sedangkan orang yang lemah adalah yang membiarkan dirinya mengikuti hawa nafsunya. (Hadits).
Siapa saja yang berbuat (to create process and product) kebajikan maka baginya pahala dan pahala orang yang mengikutinya (memanfaatkannya) ...
Allah mencintai orang yang selalu bekerja dan berusaha.
Tidak seorangpun yang akan memperoleh kehidupan yang lebih baik daripada orang yang memperoleh penghasilan dengan tangannya sendiri. Nabi Daud pun memperoleh nafkah penghidupan dari tangannya sendiri.
Barang siapa yang memudahkan urusan seorang muslimin, Allah akan memudahkan urusannya di hari kiamat.
Orang yang cerdas ialah yang menghisab dirinya dan berbuat untuk kepentingan sesudah mati. Sedangkan orang yang lemah adalah yang membiarkan dirinya mengikuti hawa nafsunya. (Hadits).
Setiap manusia hendaknya selalu memperhatikan apa, siapa, ke arah mana dan
bagaimana dirinya dalam pentas kehidupan ini. Dengan mengetahui semua hakikat
jawaban itu niscaya ia akan mendapatkan setengah dari makna kehidupan itu
sendiri. Dan tatkala ia telah menemukan siapa dirinya, maka yang muncul ke
permukaan kesadaran adalah kerapuhan dan kelemahan dirinya di hadapan bentangan
alam kehidupan yang bermula dari dunia sampai tak berujung di negeri akhirat
nanti. Dengan demikian, manusia sejati adalah manusia yang selalu menyadari
kelemahan dan kerapuhan dirinya sehingga ia selalu berusaha terus menerus
memperbaiki diri, sampai ia datang ke hadapan Penguasa kehidupan ini dengan
penuh ketenangan:
"Wahai jiwa yang tenang, kembalilah ke haribaan robbmu dengan keridlaan ..." (QS 89: 27-30).
Sesungguhnya inti perbaikan diri adalah pembersihan jiwa (tazkiyatunnafs), yang apabila sang jiwa sudah bersih maka unsur pembentuk diri yang lainpun akan ikut terkoreksi.
"Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya, dan sesungguhnya merugilah orang yang mencemarkannya. (QS AsSyams: 9-10).
Dan proses menyucikan jiwa harus menyeluruh, dalam arti, bahwa pembersihan jiwa merupakan perbaikan seluruh dimensi kepribadian yang membentuk diri kita sebagai orang yang beriman dan bertaqwa.
Perbaikan diri hendaknya mengarah kepada kesuksesan dan kejayaan hidup sesuai dengan perspektif Al Qur’an. Bila kita rujuk surah Al Hajj ayat 77, maka Allah memberikan gambaran bahwa kesuksesan itu dapat diraih melalui dua pilar kegiatan:
"Wahai jiwa yang tenang, kembalilah ke haribaan robbmu dengan keridlaan ..." (QS 89: 27-30).
Sesungguhnya inti perbaikan diri adalah pembersihan jiwa (tazkiyatunnafs), yang apabila sang jiwa sudah bersih maka unsur pembentuk diri yang lainpun akan ikut terkoreksi.
"Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya, dan sesungguhnya merugilah orang yang mencemarkannya. (QS AsSyams: 9-10).
Dan proses menyucikan jiwa harus menyeluruh, dalam arti, bahwa pembersihan jiwa merupakan perbaikan seluruh dimensi kepribadian yang membentuk diri kita sebagai orang yang beriman dan bertaqwa.
Perbaikan diri hendaknya mengarah kepada kesuksesan dan kejayaan hidup sesuai dengan perspektif Al Qur’an. Bila kita rujuk surah Al Hajj ayat 77, maka Allah memberikan gambaran bahwa kesuksesan itu dapat diraih melalui dua pilar kegiatan:
·
Meningkatkan hubungan dengan Allah SWT
melalui serangkaian ibadah yang berkualitas
·
Meningkatkan kinerja ‘amal khoir, yang
berorientasi pada kemaslahatan hidup dan kehidupan ummat.
Sesungguhnya, dengan mengacu kepada kedua pilar itu arah kejayaan hidup
menjadi sangat terang dan jelas, dan langkah-langkah perbaikan diri dapat
dikembangkan berdasarkan kedua pilar tersebut dalam rangka mempersiapkan diri
meraih kesuksesan dan kejayaan. Langkah-langkah perbaikan diri tersebut
meliputi:
Perbaikan Ruhiyah
Perbaikan aspek ini penting dilakukan untuk meningkatkan pengendalian diri (nafsu) menghadapi segala rangsangan kehidupan dunia yang menggiurkan maupun ancaman kehidupan yang mengguncangkan. Inti perbaikan ruhiyah adalah meningkatnya hubungan dengan Allah SWT melalui serangkaian kegiatan hati, lisan dan amal perbuatan. Dengan meningkatknya hubungan dengan Allah SWT, maka akan didapatkan banyak hal positif:
Perbaikan Ruhiyah
Perbaikan aspek ini penting dilakukan untuk meningkatkan pengendalian diri (nafsu) menghadapi segala rangsangan kehidupan dunia yang menggiurkan maupun ancaman kehidupan yang mengguncangkan. Inti perbaikan ruhiyah adalah meningkatnya hubungan dengan Allah SWT melalui serangkaian kegiatan hati, lisan dan amal perbuatan. Dengan meningkatknya hubungan dengan Allah SWT, maka akan didapatkan banyak hal positif:
·
Kemudahan mendapat ilmu (QS 2: 282)
·
Kemudahan menganalisis segala fenomena
kehidupan (QS 8: 29)
·
Kemudahan menemukan pemecahan masalah (QS
65: 4)
·
Kemudahan mendapatkan jalan keluar (QS 65:
2)
·
Kemudahan mendapatkan fasilitas kehidupan
(QS 65: 3)
·
Keberkahan hidup (QS 7: 172)
·
Ketenteraman hati.
Sebaliknya, kerenggangan hubungan dengan Allah SWT akan mendapatkan kehidupan yang sempit (ma’isyatan dhonka). Oleh karena itu hal yang segera harus ditegakkan dalam membina hubungan dengan Allah SWT adalah peningkatan kualitas kewajiban fardhu dan memperkayanya dengan amal nawafil.
"Bila hamba-Ku mendekati Aku dengan sejengkal maka Aku mendekat kepadanya sehasta, dan jika mendekat kepada-Ku sehasta Aku mendekat kepadanya sedepa, dan jika datang kepada-Ku berjalan, Aku datang kepadanya berjalan cepat. (Hadis Qudsi).
Perbaikan ruhiyah dalam perspektif tazkiyatunnafs Imam Ghazali mengikuti urut-urutan sebagai berikut:
Muroqobah: jiwa yang selalu merasa diawasi oleh Allah SWT sehingga ia selalu takut berbuat segala sesuatu yang menimbulkan kemarahanNya.
Muhasabah: jiwa yang selalu memperhitungkan dan mempertimbangkan segala amalannya dalam perspektif kehidupan akhirat.
Mu’aqobah: jiwa yang selalu menghukum dirinya apabila terlanjur khilaf berbuat maksiyat (salah).
Mujahadah: jiwa yang selalu sungguh-sungguh dalam beramal ibadah.
Perbaikan Tsaqofiyah
Peningkatan kualitas diri seseorang sejajar dengan keluasan wawasan dan kedalaman ilmu pengetahuan yang dikuasainya. Rasulullah SAW mewajibkan kaum muslimin untuk menuntut ilmu sepanjang hayat. Belajar tiada henti.
"Tuntutlah ilmu, dari ayunan hingga liang lahat."
"Allah SWT mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan di antara kalian."
"Samakah orang-orang yang berpengetahuan dan mereka yang tidak berpengetahuan?"
Sebaiknya setiap kita meningkatkan pengetahuan dasar tentang:
·
Fiqhul ibadah, dengan memperbandingkan
berbagai pendapat mazhab
·
Manhaj ikhwan melalui serangkaian referensi
utama dan penunjang
·
Pandangan Islam terhadap Ekonomi, Politik,
Sosial, Psikologi, Seni Budaya, Hukum dan Keluarga
·
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kontemporer
·
Perkembangan sosial, budaya, hukum dan
politik kontemporer.
Di sisi lain, setiap al akh hendaknya menguasai secara baik satu bidang ilmu yang menjadi core competencenya, sehingga orang dapat merujuk kepadanya mengenai permasalahan yang menjadi kompetensinya.
Perbaikan Fisikal
"Sesungguhnya Allah lebih menyukai orang mu’min yang kuat ketimbang orang mu’min yang lemah." (Hadits).
Tentu saja perbaikan diri juga menyentuh aspek fisikal, karena tubuh yang kuat dan sehat merupakan modal utama untuk berbuat banyak hal yang bermanfaat. Tubuh yang kuat merupakan salah satu karakteristik utama dalam kepemimpinan (leadership). Allah SWT menyebutkan hal tersebut dengan istilah:
·
qowwiyul amien (kuat dan terpercaya) (QS 28: 26)
·
bashthotan minal ‘ilmi wal jism (mumpuni dalam ilmu dan jasad) (Tholut).
Dan Imam Syahid Hasan Al Banna mewasiatkan kepada para kader ikhwan agar selalu menjaga kesehatan tubuh dengan melakukan pemeriksaan kesehatan (0medical check up) paling tidak setiap 6 bulan sekali dan menganjurkan untuk tidak mengkonsumsi minuman yang cenderung melemahkan tubuh. Dengan tubuh yang sehat dan bugar maka kualitas amal ibadah dan amal khidmah kita akan semakin meningkat kualitas maupun kuantitasnya.
Perbaikan Sikap dan Keterampilan Produksi
Perbaikan diri yang tidak kalah pentingnya adalah yang terkait dengan sikap dan keterampilan dalam bekerja, karena dengan bekerjalah Allah akan memberikan balasannya (jazaa’an bima kanuu ya’malun).
Bekerja dalam konteks amal sholeh harus memperhatikan efisiensi dan efektifitas yang pada gilirannya akan melahirkan produktivitas. Untuk dapat bekerja secara produktif diperlukan sikap mental produktif.
Allah suka apabila kalian bekerja, maka ia bekerja dengan rapih ...
Allah menetapkan kepada kalian agar bekerja dengan ihsan. (Al Hadits).
Seseorang tidak mendapatkan sesuatu kecuali apa yang telah diusahakannya. (QS 53: 39).
Bagi seorang laki-laki ada manfaat dari apa yang ia usahakan, dan bagi wanita ada bagian dari apa yang mereka usahakan. (QS 4: 32).
Ada jaminan bagian untuk orang yang berusaha dan bekerja keras. (QS 41: 10).
Allah sekali-kali tidak akan mengubah nasib suatu bangsa, sehingga bangsa itu mengubahnya sendiri. (QS 13: 11).
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan. (QS 94: 6).
Kami telah menciptakan manusia dan menguatkan persendian mereka. (QS 76: 28).
Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebajikan)nya maka ia berada dalam kehidupan yang memuaskan. (QS 101: 6-7).
Gambaran Alqur’an tentang sikap produktif dalam bekerja diperjelas dengan kisah-kisah para nabi yang bekerja sesuai dengan kemampuannya, namun mencerminkan sikap mental dan perilaku yang sangat produktif. Lihat kisah:
·
Nabi Musa bekerja kepada nabi Syu’aib (28:
27)
·
Nabi Khaidir menegakkan rumah yang roboh
(18: 77)
·
Nabi Daud membuat baju besi (34: 10-11)
·
Nabi Nuh membuat bahtera (11: 37-38)
·
Nabi Dzulqarnain membuat dinding besi (18:
95-96)
Seorang pakar SDM menyebutkan bahwa ciri-ciri individu yang produktif
adalah:
·
Secara konstan selalu mencari
gagasan-gagasan yang lebih baik dan cara penyelesaian tugas yang lebih baik
lagi
·
Selalu memberi saran-saran untuk perbaikan
secara sukarela
·
Menggunakan waktu secara efektif dan
efisien
·
Selalu melakukan perencanaan dan
menyertakan jadwal waktu
·
Bersikap positif terhadap pekerjaannya
·
Dapat berlaku sebagai anggota kelompok yang
baik sebagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik
·
Dapat memotivasi dirinya sendiri melalui
dorongan dari dalam
·
Memahami pekerjaan orang lain yang lebih
baik
·
Mau mendengar ide-ide orang lain yang lebih
baik
·
Hubungan antar pribadi dengan semua
tingkatan dalam organisasi berlangsung dengan baik
·
Sangat menyadari dan memperhatikan masalah
pemborosan dan biaya-biaya
·
Mempunyai tingkat kehadiran yang baik
(tidak banyak absen dalam pekerjaannya)
·
Seringkali melampau standar yang telah
ditetapkan
·
Selalu mempelajari sesuatu yang baru dengan
cepat
·
Bukan merupakan tipe orang yang selalu
mengeluh dalam bekerja.
Perbaikan Hubungan Sosial (Ittishol Ijtima’iyah)
Perbaikan diri seorang da’i akhirnya bermuara pada hubungannya dengan komunitas masyarakat yang menjadi tanggung jawabnya. Pentingnya menjaga hubungan dengan masyarakat sekitar mendapat perhatian yang tinggi dalam Islam, terlihat dari bagaimana Allah SWT dan RasuluLlah SAW memandang masalah ini dalam konteks hubungan dengan tetangga sebagai komunitas masyarakat yang paling dekat jarak dan interaksinya dengan kita.
"... Dan berbuat baiklah terhadap tetangga yang (menjadi) kerabatmu." (QS An Nisa: 36).
Ibnu Umar dan Aisyah ra berkata keduanya, "Jibril selalu menasihatiku untuk berlaku dermawan terhadap para tetangga, hingga rasanya aku ingin memasukkan tetangga-tetangga tersebut ke dalam kelompok ahli waris seorang muslim." (HR Bukhori Muslim).
Abu Dzarr ra berkata, bersabda RasuluLLah SAW, "Hai Abu Dzarr jika engkau memasak sayur, maka perbanyaklah kuahnya, dan perhatikan tetanggamu." (HR Muslim).
Abu Hurairah berkata, bersabda Nabi SAW, "Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman." Ditanya, "Siapa ya RasuluLlah?" Jawab Nabi, "Ialah orang yang tidak aman tetangganya dari gangguannya." (HR Bukhori, Muslim).
Abu Hurairah berkata, bersabda Nabi SAW, "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah tidak mengganggu tetangganya." (HR Bukhori, Muslim).
"Orang yang tidur dalam keadaan kenyang sedangkan tetangganya lapar bukanlah ummatku.
waallohua�lam
"Allaahumma inni as alukal huda wattuqaa wal ’afaafa wal ghina"
Ya Alloh, sungguh aku mohon kepada-Mu semoga engkau berkenan memberikan
petunjuk, ketaqwaan, kehati-hatian, dan perasaan cukup"
HR Muslim
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Pengajaran remedial adalah suatu
layanan pendidikan atau suatu bentuk program pembelajaran yang
dilaksanakan dengan perlakuan khusus yang diberikan guru pada siswa yang mengalami
kesulitan dan hambatan dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa
tersebut mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Tujuan pembelajaran
remedial adalah untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar
dengan memperbaiki prestasi belajarnya. Fungsi pengajaran remedila adalah
fungsi korektif, fungsi pemahaman, fungsi penyesuaian, fungsi pengayakan dan
fungsi terapetik.
Adapun langkah-langkah dalam pengajaran
bremedial adalah:
1.
meneliti
kembali kasus
2.
menentukan
tindakan yang harus dilakukan
3.
pemberian
layanan bimbingan dan konseling
4.
pelaksanaan
pengajaran remedial
5.
melakukan
pengukuran kembali terhadap prestasi belajar
6.
melakukan
re-evaluasi dan re-diagnosis
7.
pengayakan
(tugas tambahan)
Pandangan islam
mengenai pengajaran remedial adalah sebaik-baiknya manusia dia akan memiliki
prinsip hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Dan Allah pun juga akan
mengubah nasib seseorang jika orang itu mau merubah nasibnya sendiri.
3.2
SARAN
Yang dapat kami sarankan kepada pembaca adalah dapat menjalankan
pengajaran remedial sesuai prosedur yang telah tertera diatas dan mampu
menjalankannya dengan maksimal. Kepada pembaca kami sebagai penulis mohon maaf
jika ada kesalahan dalam penulisan makalah ini saran dan kritik dari anda kami
harapkan agar dalam penulisan makalah selanjutnya dapat lebih baik,
terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Irma Yulia Basri. 2011.PENINGKATAN
KOMPETENSI MAHASISWA DI BIDANG CAD/CAM MELALUI PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN BERBASIS REMEDIAL. VOL. 3 NO. 1 MARET 2011. ISSN : 2086 – 4981.
Mariska
Sianipar1, M. Rusdi2, Suratno2. 2013. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM REMEDIAL
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL FORMATIF-SUMATIF PADA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V.
Tekno-Pedagogi Vol. 3 No. 2 September 2013 : 64-76. ISSN 2088-205X
Jurnal Ilmiah Didaktika. Media Ilmiah Pendidikan dan Pengajaran. ISSN 1411 – 612x. Vol. XII No. 2, Februari 2012
Budi s. 2011. Perbaikan Diri. Tersedia
di:http://aawirabumi.abatasa.co.id/post/detail/7884/perbaikan-diri-kita-wajib-memperbaiki-diri-kita-sendiri-terlebih-dahulu-wajib-mendakwahi-orang-terdekat.html.
diakses pada 08 September 2016
0 Response to "Makalah Bimbingan dan Konseling (Pengajaran Remedial)"
Post a Comment