Memahami dan mampu melakuikan upaya validitas
dan reliabilitas
Citra Madian Ramadhani (15130048)
Bimbingan dan konseling
Ringkasan materi
Menurut Masri
Singarimbun, realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai
dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh
relative konsisten, maka alat pengukur tersebut reliable. Dengan kata lain,
realibitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam pengukur gejala
yang sama.
Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai alat statistik
(Feldt & Brennan, 1989: 105)
Validitas
sering diartikan dengan kesahihan.
Suatu alat ukur disebut memiliki validitas bilamana alat ukur tersebut isinya
lanyak mengukur obyek yang seharusnya diukur dan sesuai dengan kriteria
tertentu (Thoha, 1990). Artinya ada kesesuaian antara alat ukur dengan
fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran.
Menurut Grondlund (Ibrahim & Wahyuni, 2012) validitas mengarah kepada
ketepatan interpretasi hasil penggunan suatu prosedur evaluasi sesuai dengan
tujuan pengukurannya. Validitas merupakan suatu keadaan apabila suatu
instrument evaluasi dapat mengukur apa yang sebenarnya harus diukur secara tepat.
Suatu alat ukur hasil belajar matematika dikatakan valid apabila alat ukur
tersebut benar-benar mengukur hasil belajar matematika.Validitas alat ukur
tidak semata-mata berkaitan dengan kedudukan alat ukur sebagai alat, tetapi
terutama pada kesesuaian hasilny, sesuai dengan tujuan penyelanggaraan alat
ukur (Surapranata, 2004).
Kata Kunci : Memahami dan
mampu melakuikan upaya validitas dan reliabilitas
Pendahuluan
Reliabilitas sebetulnya merupakan sifat yang
ada pada data atau skor yang dihasilkan oleh instrumen, namun untuk memudahkan
reliabilitas dapat dikatakan merupakan sifat dari insrumen juga reliabilitas
bukanlah bersifat dikotomis, tetapi
merupakan rentangan yang biasnya dinyatakan dengan bentuk angka 0 (0) sampai 1
(satu). Dengan demikian kurang tepat kiranya kalau dipertanyakan apakah suatu
instumen itu memiliki reliabilitas atau tidak, akan tetapi tepatnya adalah
suatu instrumen dapat menghasilkan data atau skor yang memiliki tingkat
reliabilitas yang memadai atau tidak. Suatu instrumen memiliki tingakat
reliabilitas yang tinggi, sedang, atau rendah.
Persoalan
alat ukur yang digunakan evaluator ketika melakukan kegiatan evaluasi sering
dihadapkan pada persoalan akurasi, konsisten dan stabilitas sehingga hasil
pengukuran yang diperoleh bisa mengukur dengan akurat sesuatu yang sedang
diukur. Instrumen ini memang harus memiliki akurasi ketika digunakan. Konsisten
dan stabil dalam arti tidak mengalami perubahan dari waktu pengukuran satu ke
pengukuran yang lain.
Data yang
kurang memiliki validitas , akan menghasilkan kesimpulan yang bias, kurang
sesuai dengan yang seharusnya, dan bahkan bisa saja bertentangan dengan
kelaziman. Untuk membuat alat ukur instrumen itu, diperlukan kajian teori,
pendapat para ahli serta pengalaman-pengalaman yang kadangkala diperlukan bila
definisi operasional variabelnya tidak kita temukan dalam teori. Alat ukur atau
instrumen yang akan disusun itu tentu saja harus memiliki validitas , agar data
yang diperoleh dari alat ukur itu bisa reliabel, valid dan disebut dengan
validitas.
Metode
Pada artikel ini saya mencari
dan mengumpulkan informasi dari file pdf
Pembahasan
Pengertian
Reliabilitas
Kata
reliabillitas dalam bahasa Indonesia di ambil dari reliability dalam bahasa
inggris, berasal dari kata, reliable yang artinya dapat dipercaya.
“reliabilitas” merupakan kata benda, sedangkan “reliable” merupakan kata sifat
atau keadaan.
Reliabilitas
merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan
ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai
pengukuran yang reliabel (reliable).Walaupun reliabilitas mempunyai berbagai
arti seperti kepercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan dan konsistensi,
namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana
hasil pengukuran dapat dipercaya.
Dari
beberapa pengertian di atas jadi reliabilitas tes marupakan suatu alat ukur
yang digunakan untuk mengetahui konsistensi pengukuran tes yang hasilnya
menunjukan keajegan.Seorang dikatakan dapat dipercaya apabila orang tersebut
berbicara ajeg, tidak berubah-ubah pembicaraannya dari waktu ke waktu.Dalam
sebuah tes pentingnya diamati keajegan dan kepastian tes tersebut dilihat dari
hasil tes yang didapat.
Dengan
demikian reliabilitas dalam evaluasi pembelajaran merupakan sifat yang ada pada
data atau skor yang dihasilkan oleh instrumen, namun untuk memudahkan,
reliabilitas dapat dikatakan merupakan sifat dari instrumen juga. Maksudnya
reliabilitas bukanlah bersifat dikotomis, tetapi merupakan rentangan yang biasanya
dinyatakan dalam bentuk angka 0 – 1.
Tujuan
Realibilitas
Tujan
adanya realibilitas adalah mengkonsep satu variabel dengan jelas. Setiap
pengukuran harus merujuk pada satu dan hanya satu konsep/variabel. Sebuah
variabel harus spesifik agar dapat menguragi intervensi informasi dari variabel
lain. Menggunakan level pengukuran yang tepat. Semakin tinggi atau semakin
tepat level pengukuran, maka variabel yang dibuat akan semakin reliabel karena
informasi yang dimiliki semakin mendetail.
Prinsip
dasarnya adalah mencoba melakukan pengukuran pada level paling tepat yang
mungkin diperoleh. Gunakan lebih dari satu indikator. Dengan adanya lebih dari
satu indicator yang spesifik, peneliti dapat melakukan pengukuran dari range
yang lebih luas terhadapkonten definisi konseptual. Gunakan tes pilot, yakni
dengan membuat satu atau lebih draftatau dalam sebuah pengukuran sebelum menuju
ke tahap hipotesis (pretest). Dalam penggunaan pilot studies, prinsipnya adalah mereplikasi pengukuran yang pernah dilakukan
oleh peneliti terdahulu dari literature-literatur yag berkaitan.
Selanjutnya,
pengukuran terdahulu dapat dipergunakan sebagai patokan dari pengukuran yang
dilakukan peneliti saat ini. Kualitas pengukuran dapat ditingkatkan dengan
berbagai cara sejauh definisi dan pemahaman yang digunakan oleh peneliti
kemudian tetap sama.
Pada
konstruksi alat ukur, perhitungan reliabilitas berguna untuk melakukan
perbaikan pada alat ukur yang dikonstruksi. Dimana perbaikan alat ukur
dilakukan melalui analisis butir untuk mengetahui butir mana yang perlu
diperbaiki. Namun pada pengukuran sesungguhnya, perhitungan reliabilitas
dilakukan untuk memberi informasi tentang kualitas sekor hasil ukur kepada
mereka yang memerlukannya. Tentunya perolehan tersebut bisa di jadikan acuan
bagi peneliti untuk menghasilkan penelitian yang bisa dipertanggung jawabkan di
kemudian hari.
Sehingga,
jika realibilitas baik, akan menunjukkan kalahan varian yang minim. Jika tes
mempunyai reabilitas tinggi maka pengaruh kesalahan pengukuran telah
terkurangi.
Macam –macam Reliabilitas
Ada beberapa tipe reliabilitas tes sering
digunakan dalam kegiatan evaluasi dan masing-masing realibilitas mempunyai
konsistensi yang berbeda-beda. Adapu macam-macam reliabilitas tes evaluasi
adalah :
1.
Reliabilitas
ulang uji
2.
Reliabilitas
rumus Kuder Richardson 20 dan 21
3.
Reliabilitas
Alpha Cronbach
4.
Reliabilitas
Bentuk Paralel
5.
Reliabilitas
dengan tes-retes
6.
Reliabilitas
bentuk ekivalensi
7.
Reliabilitas
dengan belah dua
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Reliabilitas
Reliabilitas
dapat dipengaruhi oleh waktu penyelenggaran tes-retes. Interval penyelengaraan
yang terlalu dekat atau jauh, akan mempengruhi koefisien reliabilitas.
Faktor-factor lain yang mempengaruhi di antaranya;
1. Panjang test, semakin panjang
test evaluasi, semakin banyak jumlah item materi pembelajaran diukur. Ini
menunjukan dua kemungkinan yaitu test semakin mendekati kebenaran, dan
dalam memgikuti test, semakin kecil siswa menebak. Berarti semakin tinggi
koefisien reliabilitas.
2. Penyebaran skor koefisien
reliabiltas secara langsung dipengeruhioleh bentuk sebaranskor dalam kelompok
siswa yang diukur. Semakin tinggi sebaran semakin tingi estimasi koefisien
reliabilitas. Hal ini tejadi karena posisi skor siswa, secara individual
mempunyai kedudukan sama pada tes retest lain,sebagai acuan.
3. Kesulitan test; test normative yang terlalu mudah atau terlalu
sulitskor untuk siswa cenderung menghasilkan reliabilitas rendah. Fenomena
tersebut, akan menghasilkan sebaran skor yang cenderung terbatas pada salah satu
sisi. Untuk test yang terlalu mudah skor jawaban siswa akan mengumpul ada sisi
atas, untuk tes terlalu sulit skor jawaban siswa akan cenderung mengumpul pada
ujung bawah. Dua kejadian tersebut mempunyai kesamaan yaitu bahwa perbedaan di
antara individu adalah kecil dan cenderung tidak relevan
4. Objektivitas; yang di maksud
objekif yaitu derajat dimana siswa dengan kompetensi sama mencapai hasil sama.
Ketika prosedur test evaluasi memiliki objektivitas tinggi, maka reliabilitas
test tidak dipengaruhi oleh prosedur teknik penskoran. Item test objektif yang
dihasilkan tidak dipengaruhi pertimbangan atau opini seorang evaluator.
Validitas
berasal dari kata validity yang berarti sejauhmana ketepatan dan kecermatan
pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2011).
Validitas
menunjukkan keadaan yang sebenarnya dan mengacu pada kesesuaian antara
konstruk, atau cara seorang peneliti mengkonseptualisasikan ide dalam definisi
konseptual dan suatu ukuran. Hal ini mengacu pada seberapa baik ide tentang
realitas “sesuai” dengan realitas aktual. Dalam istilah sederhana, validitas
membahas pertanyaan mengenai seberapa baik realitas sosial yang diukur melalui
penelitian sesuai dengan konstruk yang peneliti gunakan untuk memahaminya
(Neuman, 2007).
·
Validitas yaitu mengenai apa dan seberapa baik suatu alat tes dapat mengukur,
sedangkan reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang
yang sama ketika diuji berulang kali dengan tes yang sama pada kesempatan yang
berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen (equivalent items) yang
berbeda, atau dibawa kondisi pengujian yang berbeda (Anastasi & Urbina,
1998).
·
Azwar (1987, dalam Widodo, 2006) menyatakan bahwa validitas berasal dari kata
validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan
memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukur
secara tepat atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya
pengukuran tersebut. Artinya hasil ukur dari pengukuran tersebut merupakan
besaran yang mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa
yang diukur.
·
Suryabrata (2000, dalam Widodo, 2006) menyatakan bahwa validitas tes pada
dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi pengukurnya suatu tes, atau derajat
kecermatan ukurnya sesuatu tes. Validitas suatu tes mempermasalahkan apakah tes
tersebut benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Maksudnya adalah seberapa
jauh suatu tes mampu mengungkapkan dengan tepat ciri atau keadaan yang
sesungguhnya dari obyek ukur, akan tergantung dari tingkat validitas tes yang
bersangkutan.
·
Sudjana (2004, dalam Widodo, 2006) menyatakan bahwa validitas berkenaan dengan
ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul
menilai apa yang seharusnya dinilai.
Menurut Gronlund
dan Linn (1990): Validitas adalah ketepatan interpretasi yang
dibuat dari hasil pengukuran atau evaluasi
Menurut Anastasi
(1990): Validitas adalah ketepatan mengukur konstruk,
menyangkut; “What the test measure and how well it does”
Menurut Arikunto
(1995):
Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen bersangkutan yang
mampu mengukur apa yang akan diukur.
Menurut Sukadji
(2000):
Validitas adalah derajat yang menyatakan suatu tes mengukur apa yang seharusnya
diukur. Menurut Azwar (1986):Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya.
Validitas adalah
suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.
Prinsif validitas adalah pengukuran atau pengamatan yang berarti prinsif
keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat mengukur apa
yang seharusnya diukur. Jadi validitas lebih menekankan pada alat pengukuran
atau pengamatan.
Suatu
skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi
apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil
ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes
yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan
tujuan pengukuran.
Terkandung di sini pengertian bahwa ketepatan pada
validitas suatu alat ukur tergantung pada kemampuan alat ukur tersebut mencapai
tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat. Suatu tes yang dimaksudkan
untuk mengukur variabel A dan kemudian memberikan hasil pengukuran mengenai
variabel A, dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas tinggi. Suatu
tes yang dimaksudkan mengukur variabel A akan tetapi menghasilkan data mengenai
variabel A’ atau bahkan B, dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas
rendah untuk mengukur variabel A dan tinggi validitasnya untuk mengukur
variabel A’ atau B (Azwar 1986).
Sisi lain
dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur
yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga
harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut.
Pembagian validitas
Pembagian macam – macam validitas
itu, pada dasarnya oleh para ahli pendidikan melihat pengujian
validitas tes itu dari:
1.
Pengujian validitas tes secara rasional Istilah lain dari
validitas rasional adalah validitas logika, validitas ideal atau validitas
dassollen. Istilah validitas logika (logical validity) mengandung kata logis
berasal dari kata logika yang berarti penalaran.
2.
Pengujian Validitas Tes secara Empiris.Istilah “Validitas empiris”
memuat kata “empiris” yang artinya “pengalaman” sebuah instrumen dapat
dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Validitas
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil suatu evaluasi sehingga menjadi
bias, menyimpang dari keadaan yang sebenarnya untuk suatu penggunaaan yang
dimaksudkan. Beberapa diantaranya adalah berasal dari dalam alat evaluasi itu
sendiri. Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar matematika,
faktor-faktor ini akan dapat mengurangi fungsi pokok uji sesuai dengan yang
diharapkan segingga bisa merendahkan validitas alat evaluasi tersebut. Petunjuk yang tidak jelas
Perbendaharaan
kata dan struktur kalimat yang sukar
Penyusunan soal yang kurang baik Kekaburan Derajat kesukaran soal yang tidak cocok Materi tes tidak representatif
Pengaturan
soal yang kurang tepat Pola jawaban yang dapat diidentifikasi
Cara menentukan vadilitas
Untuk
menguji validitas setiap butir soal maka skor-skor yang ada pada butir yang
dimaksud dikorelasikan dengan skor totalnya. Skor tiap butir soal dinyatakan skor
X dan skor total dinyatakan sebagai skor Y, dengan diperolehnya indeks
validitas setiap butir soal, dapat diketahui butir-butir soal manakah yang
memenuhi syarat dilihat dari indeks validitasnya (Arikunto, 1999: 78)
Ø Jika > makaitem valid
Ø Jika < mka item tidak valid
Kesimpulan
Dengan adanya pengujian dari hasil sebuah
penelitian atau yang sering disebut dengan uji reliabilitas dan validitas maka
penelitian yang dihasilkan akan memiliki sebuah mutu yang berkualitas. Karena
penelitian yang sudah melalui uji penelitian sudah dianggap bagus dan
memenuhi standart.
Saran
Mahasiswa dapat memahami
Memahami dan mampu melakuikan upaya validitas dan reliabilitas
Daftar
pustaka
https://kustinaatikasari.wordpress.com/2013/06/10/makalah-tentang-validitas/
0 Response to "artikel validitas dan reliabilitas"
Post a Comment