MAKALAH
KONFLIK, SERTA CARA MENGATASI
KONFLIK DALAM KELOMPOK
DOSEN PENGAMPU : Bekti Satriadi,
M.Pd dan Hadi Pranoto, M.Pd.
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 12
1. Deslia Wuri Widyastuti 15130076
2. Ni Made Dwi Lestari 15130041
3. Citra Madian Ramadhani 15130048
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
TAHUN AJARAN 2015/2016
KATA PENGHANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT, karena atas rahmat dan hidayah – Nya kami sebagai penyusun dapat menyelesaikan
makalah Konflik, serta cara mengatasi konflik dalam kelompok ini dengan baik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak
dosen pengampu Bekti Satriadi, M.Pd. dan Hadi Pranoto, M.Pd. serta semua pihak
yang telah turut membantu menyelesaikan makalah tentang Konflik, serta cara
mengatasi konflik dalam kelompok ini
dengan baik ini.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa Laporan
makalah tujuan, fungsi dan prinsip BK
yang telah kami susun ini jauh
dari kata sempurna, maka dari itu segala kritik dan saran baik dari bapak dosen pembimbing ataupun dari teman–teman
yang bersifat membangun sangat saya harapkan.
Metro, 19 Maret 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Ditinjau dari sebuah judul yang menarik latar belakang Konflik, serta
cara mengatasi konflik dalam kelompok, Manusia adalah
makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Manusia tidak
dapat hidup tanpa bantuan orang lain, merupakan suatu konsesus mutlak dan
tertanam dalam benak setiap insan manusia sehingga ini bisa dikatakan bahwa
manusia tidak mampu bertahan hidup sendiri.
Konflik, Perbedaan
kepentingan dan harapan-harapan yang ada di dalam kelompok boleh jadi tidak
dapat dihindari. Hal ini akan dapat menjadi potensi konflik, sehingga sasaran
yang telah ditetapkan gagal dicapai, bahkan bisa membuyarkan kelompok itu
sendiri.
Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, merupakan
inti dari tugas atau misi kelompok. Pengambilan keputusan kelompok di dalam
praktek lebih banyak sulitnya daripada mudahnya. Pengambilan keputusan kelompok
secara umum telah diakui lebih baik kualitasnya daripada keputusan yang
individual.
B.
RUMUSAN DAN PERTANYAAN
1. Pengertian Konflik
2. Jenis – jenis konflik
3. Sumber – sumber konflik
4. Sebab – sebab konflik
5. Dampak positif dan dampak negatif bagi kelompok
6. Mengatasi konflik
C.
TUJUAN DAN MANFAAT PEMBAHASAN
1. Agar mahasiswa mampu menjelaskan pengertian konflik
2. Agar mahasiswa dapat menjelaskan jenis – jenis konflik
3. Agar mahasiswa mengetahui sumber – sumber konflik
4. Agar mahasiswa dapat menjelaskan sebab – sebab terjadinya konflik
5. Agar mahasiswa dapat mengetahui dampak positif dan dampak negatif bagi kelompok
6. Agar mahasiswa dapat mengatasi konflik.
D.
METODE PEMBAHASAN
Dalam penyusunan tugas mata kuliah komunikasi antar
pribadi tentang konsep dasar komunikasi ini kami menggunakan metode
literatur(mengutip dari buku referensi) dam juga menggunakan media internet
untuk menambah sekaligus memperjelas isi makalah yang kami susun ini.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Berdasarkan tinjaun-tinjauan
teori menurut para ahli tentang konflik dalam kelompok adalah sebagai berikut :
Jacobs, Harvill dan Manson (1994), “Dinamika kelompok adalah kekuatan yang saling mempengaruhi hubungan timbal balik kelompok dengan interaksi yang terjadi antara anggota kelompok dengan pemimpin yang diberi pengaruh kuat pada perkembangan kelompok”.
Peterson (1933), “ Konflik antar individu sering terjadi dalam hubungan yang sangat erat”.
Kelly (1979), “ Memang tidak dapat dipungkiri, bahwa konflik selalu muncul pada hubungan yang dirasakan amat sempurna, makin sempurnanya tingkat hubungan antar pribadi (misalnya, hubungan antara suami dan isteri), dimana interaksi semakin terjadi dengan melibatkan berbagai bentuk kegiatan yang makin meluas, peluang untuk terjadinya konflik menjadi besar karena dalam hubungan yang sangat erat, suatu pertengkaran sekecil apapun, meski sangat dan sangat kecil dan sepele sekalipun, dapat ditafsirkan bermacam-macam.”
Santosa (1998:32), “Konflik adalah suatu proses sosial dimana individu-individuatau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan”.
Yusuf (1999:90), “Konflik tetap muncul sejauh anggota kelompok tersebut tetap belum dapat menetapkan persepsi terhadap nilai, norma yang berlaku dalam suatu kelompok, dan disini pula seorang pemimpin dituntut untuk menggembleng keadaan guna menggerakan kelompok tersebut kearah pencapaian tujuan kelompok”.
Jacobs, Harvill dan Manson (1994), “Dinamika kelompok adalah kekuatan yang saling mempengaruhi hubungan timbal balik kelompok dengan interaksi yang terjadi antara anggota kelompok dengan pemimpin yang diberi pengaruh kuat pada perkembangan kelompok”.
Peterson (1933), “ Konflik antar individu sering terjadi dalam hubungan yang sangat erat”.
Kelly (1979), “ Memang tidak dapat dipungkiri, bahwa konflik selalu muncul pada hubungan yang dirasakan amat sempurna, makin sempurnanya tingkat hubungan antar pribadi (misalnya, hubungan antara suami dan isteri), dimana interaksi semakin terjadi dengan melibatkan berbagai bentuk kegiatan yang makin meluas, peluang untuk terjadinya konflik menjadi besar karena dalam hubungan yang sangat erat, suatu pertengkaran sekecil apapun, meski sangat dan sangat kecil dan sepele sekalipun, dapat ditafsirkan bermacam-macam.”
Santosa (1998:32), “Konflik adalah suatu proses sosial dimana individu-individuatau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan”.
Yusuf (1999:90), “Konflik tetap muncul sejauh anggota kelompok tersebut tetap belum dapat menetapkan persepsi terhadap nilai, norma yang berlaku dalam suatu kelompok, dan disini pula seorang pemimpin dituntut untuk menggembleng keadaan guna menggerakan kelompok tersebut kearah pencapaian tujuan kelompok”.
‘
BAB III
ANALISIS
A.ANALISIS TEORITIS
1.Tinjauan tentang Konflik serta Cara Mengatasi Konflik dalam Kelompok
A.Pengertian Konflik
Sebagaimana yang telah dikutip
dalam tinjauan teori Santosa tahun 1998 yang di ambil dalam buku Sitti Hartinah
tentang Konsep Dasar Bimbingan Kelompok, disana disebutkan bahwa :
Konflik adalah suatu proses
sosial dimana individu-individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya
dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan.
Secara definitif konflik memiliki pengertian yang
berbeda-beda, demikian juga para ahli dalam memberikan definisi konflik tidak
ada yang sama, karena sudut pandang mereka yang berbeda. Kata konflik berasal
dari kata confligere, conflictum yang berarti saling berbenturan. Arti kata ini
menunjuk pada semua bentuk benturan, tabrakan, ketidaksesuaian,
ketidakserasian, pertentangan, perkelahian, oposisi dan interaksi-interaksi
yang antagonis (Kartono, 1998).
Berdasarkan pengertian tersebut, konflik dapat
dinyatakan sebagai suatu keadaan dari seseorang atau kelompok orang dalam suatu
system social yang memiliki perbedaan dalam memandang suatu hal dan diwujudkan
dalam perilaku yang tidak atau kurang sejalan dengan pihak lain yang terlibat
di dalamnya ketika mencapai tujuan tertentu (Soetopo & Supriyanto, 2003).
Selanjutnya konflik itu pada dasarnya adalah proses yang dinamis dan
keberadaanya lebih banyak menyangkut persepsi dari orang atau pihak yang
mengalami dan merasakannya. Jadi, jika suatu keadaan tidak dirasakan sebagai
konflik, maka pada dasarnya konflik itu dapat dikatakan tidak ada (Nimran,
1999).
Terdapat beberapa pandangan mengenai konflik, dari sudut
pandang tradisional menyatakan bahwa konflik itu berbahaya dan harus dihindari,
karena itu menunjukkan adanya kerusakan fungsi dalam kelompok. Konflik dilihat
3
sebagai hasil yang disfungsional sebagai akibat dari
buruknya komunikasi, kurangnya keterbukaan dan kepercayaan diantara anggota
organisasi, dan kegagalan manajer untuk memberikan respon atas kebutuhan dan
aspirasi dari para pekerja (Gitosudarmo & Sudita, 2000). Pandangan hubungan
manusiawi menyatakan bahwa konflik adalah sesuatu yang lumrah dan alami dalam setiap
kelompok dan organisasi. Karena keberadaan konflik dalam organisasi tidak dapat
dihindari, maka konflik tidak harus bersifat buruk, tetapi memiliki potensi
kekuatan yang positif di dalam menentukan kinerja kelompok. Sedang pandangan
interaksionis menyatakan bahwa konflik tidak hanya dapat menjadi kekuatan
positif di dalam kelompok, tetapi justru mutlak perlu bagi kelompok agar dapat
menghasilkan semangat dan kreativitas (Muhyadi, 1989; Nimran, 1999).
Berdasarkan beberapa pandangan tersebut setiap pimpinan
dapat melihat bagaimana dirinya menyoroti konflik yang terjadi dalam
penyelenggaraan perusahaan. Hal yang perlu digarisbawahi adalah konflik itu
wajar dan sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari organisasi, perlu
diambil nilai positifnya karena adanya konflik berarti menandakan adanya
dinamika dalam organisasi tersebut. Karena itu konflik tidak perlu ditakuti,
sebuah konflik dapat menimbulkan perubahan positif yang pada gilirannya dapat
mendorong efektifnya organisasi.
A.JENIS-JENIS
KONFLIK
Orang mengelompokkan konflik ke dalam:
1. Konflik peranan
yang terjadi di dalam diri seseorang (personrole conflict), dimana
peraturan yang berlaku tidak dapat diterima oleh seseorang sehingga orang itu
memilih untuk tidak melaksanakan sesuatu sesuai dengan peraturan yang berlaku;
2. Konflik antar
peranan (inter role conflict), dimana orang menghadapi persoalan karena
dia menjabat dua tau lebih fungsi yang saling bertentangan; misalnya saja
anggota serikat pekerja yang juga pengawasan atau mandor perusahaan;
3. Konflik yang
timbul karena seseorang harus memenuhi harapan beberapa orang (intersender
conflict), misalnya saja dekan suatu fakultas harus memenuhi permintaan
yang berlainan para ketua jurusan;
4. Konflik yang
timbul karena disampaikannya informasi yang saling bertentangan (intrasender
conflict).
Kelompok konflik yang
pertama pada hakekatnya meminta kesadaran orang untuk mentaati peraturan yang
ada atau memerlukan kesetiaan orang pada organisasi. Kelompok konflik yang
kedua dapat dihindari dengan mendefinjisikan kembali tugas yang terlebih dahulu
telah dispesialisasikan dan dialokasikan pada seorang tertentu sehingga akibat
negatif dwi-fungsi diminimumkan. Sedangkan kelompok konflik ketiga dapat
dihindari dengan memperlakukan sama bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan.
Akhirnya kelompok konflik keempat dapat dihindari dengan sistem informasi yang
lebih baik serta adanya buku pedoman atau petunjuk perusahaan.
Dalam kehidupan
organisasi, konflik juga dapat dibedakan menurut pihak-pihak yang saling
bertentangan. Atas dasar hal ini, kita mengenal lima konflik (T. Hani Handorko,
1984):
1. Konflik dalam diri
individu, yang terjadi bila seorang individu menghadapi ketidakpastian tentang
pekerjaan yang dia harapkan untuk melaksanakannya, bila berbagai permintaan
pekerjaan saling bertentangan, atau bila individu diharapkan untuk melakukan
lebih dari pada kemampuannya.
2. Konflik antar
individu dalam organisasi yang sama, dimana hal ini sering diakibatkan oleh
perbedaan-perbedaan kepribadian. Konflik ini juga berasal dari adanya konflik
antar peranan (seperti antara manajer dan bawahan).
3. Konflik antara individu
dan kelompok, yang berhubungan dengan cara individu menanggapi tekanan untuk
keseragaman yang dipaksakan oleh kelompok kerja mereka. Sebagai contoh, seorang
indiidu mungkin dihukum atau diasingkan oleh kelompok kerjanya karena melanggar
norma-norma kelompok.
4. Konflik antar
kelompok dalam organisasi yang sama, karena terjadi pertentangan kepentingan
antar kelompok.
5. Konflik antar
organisasi, yang timbul sebagai akibat bentuk persaingan ekonomi dalam sistem
perekonomian suatu negara. Konflik ini telah mengarahkan timbulnya pengembangan
produk baru, teknologi, dan jasa, harga-harga lebih rendah, dan penggunaan
sumber daya lebih efisien.
Lewis A. Coser
mengemukakan bahwa konflik mempunyai segi-segi positif konflik dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Konflik dalam Penggantian
pimpinan yang lebih berwibawa, penuh ide baru dan semangat baru. Perubahan
tujuan organisasi yang lebih mencerminkan nilai-nilai yang disesuaikan dengan
perubahan situasi dan kondisi.
Pelembagaan konflik itu sendiri, artinya
konflik disalurkan agar tidak merusak susunan atau struktur organisai, dengan
demikian konflik tidak dipadamkan tetapi dialirkan sesuai dengan kehendak
anggota sehinga tercipta tata susunan baru peraturan pemain dalam organisasi.
2. Konflik dengan organisasi lain
mungkin dapat Lebih mempersatukan para
anggota organisasi Mendatangkan kehidupan baru di dalam hal tujuan serta nilai
organisasi Lebih menyadarkan para anggota terhadap strategi serta taktik lawan
Sebagai suatu lembaga pengawasan masyarakat
Bagaimanapun juga, konflik
merupakan suatu hal yang memakan pikiran, waktu, tenaga, dan lain-lain untuk
menyelesaikannya. Kalau ini sering terjadi dan penyelesaiannya berlarut-larut
akan memperlemah kedudukan pihak-pihak yang saling konflik dan organisasi
sebagai keseluruhan. Pihak-pihak menjadi lemah dan lesu untuk melaksanakan
tugas-tugas sampai konflik tersebut terselesaikan dan memuaskan semua pihak.
Oleh karena itu penyelesaian secara cepat konflik yang terjadi diperlukan,
apabila diinginkannya agar komunikasi tidak ladung (stagnan). Masalahnya
sekarang adalah bagaimana manajer dapat mengelola tingkat konflik untuk
menghasilkan prestasi organisasi maksimum.
Hubungan antara konflik
organisasi dan prestasi (performance) terdapat dalam gambar 1. Bila
tingkat konflik terlalu rendah prestasi organisasional akan ladung (mengalami
stagnasi). Organisasi terlalu lambat menyesuaikan diri dengan berkembangnya
permintaan atau perubahan lingkungan, dan kelangsungan hidupnya terancam. Bila
tingkat konflik terlalu tinggi, kekacaua-balauan dan perpecahan juga
membahayakan kelangsungan hidup organisasi. Manajer perlu berusaha untuk
mencapai tingkat optimal, yaitu tingkat fungsional konflik tertinggi dimana
prestasi organisasi adalah maksimum.
B.SUMBER-SUMBER
KONFLIK
1. Kebutuhan untuk
membagi sumber daya-sumber daya yang terbatas. Bila setiap satuan dalam suatu
organisasi mempunyai sumber daya terbatas, masalah bagaimana membaginya
merupakan konflik potensial. Sumber daya-sumber daya tersebut harus
dialokasikan, sehingga beberapa kelompok tak terelakkan akan mendapatkan lebih
sedikit daripada yang mereka inginkan atau butuhkan. Konflik dapat timbul
karena kelompok-kelompok organisasi bersaing untuk memperebutkan bagian
terbesar sumber daya-sumber daya yang tersedia.
2.
Perbedaan-perbedaan dalam berbagai tujuan. Seperti telah kita ketahui,
kelompok-kelompok organisasi cenderung menjadi terspesialisasi atau dibedakan
karena mereka mengembangkan berbagai tujuan, tugas dan personalia yang tidak
sama.
Perbedaan-perbedaan
ini sering mengakibatkan konflik kepentingan atau prioritas, meskipun tuuan
organisasi sebagai keseluruhan telah disetujui.
Sebagai contoh,
departemen penjualan mungkin menginginkan penetapan harga rendah untuk menarik
lebih banyak langganan, sedangkan departemen produksi mungkin menghendaki harga
lebih tinggi dan sudut pandangan yang berbeda-beda, mereka sering menghadapi
kesulitan untuk menyetujui program-program kegiatan.
3. Saling
ketergantungan kegiatan-kegiatan kerja. Saling ketergantungan kerja ada bila
dua atau lebih kelompok saling tergantung satu dengan yang lain untuk
menyelesaikan tugas-tugas repetitif mereka. Dalam kasus seperti ini seberapa
besar potensi konflik atau kooperasi sangat tergantung pada cara situasi tersebut
dikelola. Kadang-kadang konflik muncul bila seluruh kelompok yang terlibat
diberi terlalu banyak pekerjaan. Tekanan di antara berbegai macam kelompok akan
naik, dan mereka saling menyalahkan atau melempar tanggung jawab. Konflik
mungkin juga memanas bila pekerjaan didistribusikan secara sama tetapi
penghargaan-penghargaan diberikan secara berbeda-beda. Konflik potensial adalah
terbesar bila suatu unit tidak dapat memulai pekerjaannya karena harus menunggu
penyelesaian pekerjaan unit lain.
4. Perbedaan
nilai-nilai atau persepsi. Perbedaan-perbedaan tujuan diantara para anggota
berbagai satuan dalam organisasi sering berkaitan dengan berbagai perbedaan
sikap, nilai-nilai dan persepsi yang dapat menimbulkan konflik. Sebagai contoh,
para manajer tingkat atas, yang terlibat dengan pertimbangan-pertimbangan
jangka panjang hubungan manajemen serikat buruh, mungkin ingin menghindari
penetapan perjanjian-perjanjian, dan mungkin malah mencoba untuk membatasi
fleksibilitas para penyelia lini pertama. Para anggota departemen teknis
mungkin menggunakan kriteria nilai-nilai mereka atas dasar kualitas produk,
kecanggihan desain dan daya tahan, sedangkan para anggota departemen pabrikasi
mungkin mendasarkan nilai-nilai mereka pada kesederhanaan desain dan biaya-biaya
produksi yang rendah. Ketidaksesuaian nilai-nilai tersebut dapat menimbulkan
konflik.
5. Kemenduaan
Organisasional. Konflik antar kelompok dapat juga berasal dari tanggung jawab
kerja yang dirumuskan secara mendua (ambiguous) dan tujuan-tujuan yang
tidak jelas. Seorang manajer mungkin mencoba memperluas peranan kelompok
kerjanya, usaha ini biasanya akan menstimulasi para manajer lain untuk
“mempertahankan ladang mereka”. Di samping itu, komunikasi yang mendua dapat
menyebabkan konflik antar kelompok, bila kalimat (ungkapan) yang sama mempunyai
pengertian yang berbeda bagi kelompok-kelompok yang berbeda.
6. Gaya-gaya
individual. Banyak orang menyukai konflik, debat dan argumentasi; dan bila hal
ini dapat dikendalikan maka dapat menstimulasi para anggota organisasi untuk
meningkatkan atau memperbaiki prestasi. Tetapi bila hal itu mengarah ke peperangan”,
akan menimbulkan konflik. Pada umumnya, potensi konflik antar kelompok adalah
paling tinggi bila para anggota kelompok sangat berbeda dalam hal ciri-ciri
seperti sikap kerja, umur dan pendidikan.
e-journal
“Acta Diurna” Volume IV. No.2. Tahun 2015
C.SEBAB-SEBAB KONFLIK
Konflik dapat dikarenakan oleh berbagai macam hal. Secara umum
penyebab konflik adalah :
A. Adanya tindakan yang bertentangan dengan hati nuraninya,
ketidakpastian mengenai kebutuhan yang harus dipenuhi, konflik peranan, konflik
kepribadian, dan konflik tugas di luar kemampuannya.
b. Perbedaan peranan (atasan dengan bawahan), kepribadian, dan
kebutuhan (konflik vertical).
c. Individu mendapat tekanan dari kelompoknya atau individu
bersangkutan telah melanggar norma-norma kelompok sehingga dimusuhi atau
dikucilkan oleh kelompoknya. Berubahnya visi, misi, tujuan , sasaran, policy,
strategi dan aksi individu tersebut dengan visi, misi, tujuan, sasaran, policy,
strategi dan aksi organisasi.
d. Karena ambisi salah satu atau kedua kelompok untuk lebih
berkuasa, ada kelompok yang menindas, ada kelompok yang melanggar norma-norma
budaya kelompok lainnya (konflik primordial)
e. Karena perebutan kekuasaan organisasi baik ekonomi maupun
politik (konflik horizontal dan konflik elit poltitik).
Adanya perbedaan-perbedaan yang tidak bisa diterima
oleh individu atau kelompok dalam organisasi yang tidak segera diatasi dapat
menimbulkan konflik. Dalam organisasi biasanya ada penentang dan pendukung
perubahan. Konflik bagi bangsa Indonesia tak dapat dielakkan karena bangsa
Indonesia dilahirkan dalam kamajemukan yang penuh dengan sejarah konflik
primordial yang berkepanjangan khususnya konflik horizontal. Terdapat tiga
jenis konflik horizontal yang sering terjadi adalah : (1) konflik antaragama,
(2) konflik antar etnis (ras atau suku) atau konflik penduduk asli dan
pendatang, dan (3) konflik antar pribumi dan nonpribumi (Husaini Usman, 2004:
224).
D.DAMPAK
POSITIF DAN NEGATIF KONFLIK BAGI
KELOMPOK
No
|
Lama (Dampak Negatif)
|
Baru (Dampak Positif)
|
1
|
Semua konflik berakibat negatif
|
Konflik dapat berakibat positif dan negative
|
2
|
Harus dihindari (tradisional)
|
Harus dikelola
|
3
|
Berdampak negative bagi organisasi (disfunctional)
|
Berdampak positif bagi organisasi (functional)
|
4
|
Mengganggu norma yang sudah mapan
|
Merevisi dan memperbarui norma
|
5
|
Menghambat efektifitas organisasi
|
Meningkatkan efektifitas organisasi
|
6
|
Mengganggu hubungan kerja sama (menghambat komunikasi)
|
Menambah intin hubungan
|
7
|
Mengarah ke disintegrasi
|
Menuju ke integrasi
|
8
|
Menghabiskan waktu dan tenaga
|
Menghemat waktu dan tenaga
|
9
|
Stress, frustrasi, tegang, kurang konsentrasi, dan kurang
puas
|
Mampu menyesuaikan diri, dan meningkatkan kepuasan
|
10
|
Tidak mampu mengembalikan tindakan
|
Mampu mengembalikan tindakan
|
E.Mengatasi Konflik
Beberapa ahli seperti Megginson, Mosley dan Pietri (1986)
maupun Owens (1991) menawarkan dua strategi manajemen konflik yang akhir-akhir
ini berkembang cukup prospektif dan dapat diterima, mereka sepakat bahwa
manajemen konflik dapat ditinjau dari dua dimensi, yaitu: (1) Kebekerjasamaan
atau cooperativeness, dan (2) kegigihan atau assertiveness. Cooperativeness
adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan minat pihak lain, sedangkan
assertiveness adalah keinginan untuk memenuhi keinginan dan niat diri sendiri.
8
Berdasarkan dua dimensi itu
ditawarkan beberapa strategi untuk mengelola konflik yang efektif, yaitu; (1)
kompetisi; (2) kolaborasi; (3) kompromi; (4) penghindaran; dan (5) penyesuaian.
Secara tradisional Winardi (1994) menyatakan konflik dapat dihadapi dengan cara
bersikap acuh, menekan atau menyelesaikannya. Sikap acuh berarti tidak ada
upaya langsung untuk menghadapi konflik yang telah termanifestasi, dalam
keadaan demikian konflik dibiarkan berkembang menjadi sebuah kekuatan konstruktif
atau sebuah kekuatan destruktif. Menekan sebuah konflik yang terjadi
menyebabkan menurunnya dampak konflik yang negatif, tetapi tidak berusaha
mengatasi, maupun meniadakan pokok-pokok penyebab timbulnya konflik tersebut.
Sedangkan penyelesaian konflik terjadi apabila latar belakang terjadinya
konflik diabaikan dan tidak diantisipasinya kondisi-kondisi yang antagonis
sebagai penyebab kembali munculnya konflik di masa yang akan datang.
Hendricks (1992) menawarkan lima gaya dalam menyelesaikan
konflik, yaitu; (1) mempersatukan (integrating) dengan gaya ini mendorong
tumbuhnya berfikir kreatif, karena masing-masing individu dapat mensintesakan
informasi dan perspektif yang berbeda; (2) kerelaan untuk membantu (obliging),
maksudnya dengan menaikkan status pihak lain sehingga pihak lain merasa rela
mengalah dan gaya ini bila digunakan dengan efektif akan melanggengkan hubungan
antar individu, (3) mendominasi (dominating) gaya ini tekanannya pada diri
sendiri, dimana kewajiban bisa diabaikan oleh keinginan pribadi, gaya ini
sering diasosiasikan dengan istilah gertakan; (4) menghindari (avoiding) adalah
gaya menghindari dari persoalan, dan (5) kompromis (compromising). 9
Sedangkan Dunnete (1976)
memberikan lima strategi untuk mengatasi konflik dalam lima kemungkinan yaitu ;
(1) jika kerja sama rendah dan kepuasan diri sendiri tinggi, maka gunakan
pemaksaan (forcing) atau competing, (2) jika kerja sama rendah dan kepuasan
diri sendiri rendah, maka gunakan penghindaran (avoiding), (3) jika kersama dan
kepuasan diri sendiri cukup (seimbang), maka gunakan kompromi (compromising),
(4) jika kerja sama tinggi dan kepuasan diri sendiri tinggi, maka gunakanlah
kolaboratif (collaborating), dan (5) jika kerjasama tinggi dan kepuasan diri
sendiri rendah, maka gunakan penghalusan (smoothing).
1.ANALISIS PRAKTIS
Tinjauan Praktis
dalam Konflik kelompok adalah sebagai berikut :
1.Analisis Praktis Konflik Kelompok
Konflik Bentrok
Adanya bentrok di kampus Sekolah Tinggi Theologi Injil Arastamar
(SETIA) Dengan masyarakat setempat hanya
karna kesalah pahaman akibat kecurigaan masyarakat setempat terhadap salah
seorang mahasiswa SETIA yang di tuduh mencuri, dan ketika telah di usut polisi
tidak di temukan bukti apapun. Ditambah lagi adanya preman provokator yang
mempelajari masjid dan masuk ke asrama putrid kampus tersebut. Dan bias
ditebak, Akhirnya meluas kearah Agama, ujung-ujungnya pemaksaan penutupan
kampus tersebut oleh Masyarakat sekitar secara Anarkis.
1.
Konflik perbedaan pendapat antar kelompok –
kelompok Islam seperti FPI (Front Pembela Islam) dan Muhamadiyah.
2. Konflik perbedaan penetapan
tanggal hari Idul Fitri, karna perbedaan masing – masing umat.
AYAT DAN HADIST
Surat
Al-Hujurat Ayat 9
وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ
الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا ۖ فَإِنْ بَغَتْ
إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَىٰ فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّىٰ تَفِيءَ
إِلَىٰ أَمْرِ اللَّهِ ۚ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ
وَأَقْسِطُوا ۖ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
Dan kalau ada dua golongan dari
mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi
kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang
melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah.
Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan
hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang
berlaku adil.
Surat Al-Hujurat Ayat 11
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا
يَسۡخَرۡ قَوۡمٞ مِّن قَوۡمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُواْ خَيۡرٗا مِّنۡهُمۡ وَلَا
نِسَآءٞ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيۡرٗا مِّنۡهُنَّۖ وَلَا
تَلۡمِزُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَلَا تَنَابَزُواْ بِٱلۡأَلۡقَٰبِۖ بِئۡسَ ٱلِٱسۡمُ
ٱلۡفُسُوقُ بَعۡدَ ٱلۡإِيمَٰنِۚ وَمَن لَّمۡ يَتُبۡ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ
ٱلظَّٰلِمُونَ ١١
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan
kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka.
Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi
yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan
jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan
adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat,
maka mereka itulah orang-orang yang zalim
Surat Al-Zumar Ayat 32-35
وَإِذۡ قَالُواْ ٱللَّهُمَّ إِن كَانَ
هَٰذَا هُوَ ٱلۡحَقَّ مِنۡ عِندِكَ فَأَمۡطِرۡ عَلَيۡنَا حِجَارَةٗ مِّنَ
ٱلسَّمَآءِ أَوِ ٱئۡتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٖ ٣٢ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ
لِيُعَذِّبَهُمۡ وَأَنتَ فِيهِمۡۚ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ مُعَذِّبَهُمۡ وَهُمۡ
يَسۡتَغۡفِرُونَ ٣٣ وَمَا لَهُمۡ أَلَّا يُعَذِّبَهُمُ ٱللَّهُ وَهُمۡ يَصُدُّونَ
عَنِ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ وَمَا كَانُوٓاْ أَوۡلِيَآءَهُۥٓۚ إِنۡ
أَوۡلِيَآؤُهُۥٓ إِلَّا ٱلۡمُتَّقُونَ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَهُمۡ لَا يَعۡلَمُونَ
٣٤ وَمَا كَانَ صَلَاتُهُمۡ عِندَ ٱلۡبَيۡتِ إِلَّا مُكَآءٗ وَتَصۡدِيَةٗۚ
فَذُوقُواْ ٱلۡعَذَابَ بِمَا كُنتُمۡ تَكۡفُرُونَ ٣٥
32. Dan (ingatlah), ketika mereka
(orang-orang musyrik) berkata: "Ya Allah, jika betul (Al Quran) ini,
dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari
langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih"
33. Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang
kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka,
sedang mereka meminta ampu
34. Kenapa Allah tidak mengazab mereka padahal mereka
menghalangi orang untuk (mendatangi) Masjidilharam, dan mereka bukanlah
orang-orang yang berhak menguasainya? Orang-orang yang berhak menguasai(nya)
hanyalah orang-orang yang bertakwa. tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui
35. Sembahyang mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak
hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiran
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1.
Kesimpulan
Konflik
dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu
interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri
fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.
Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik
merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat
pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok
masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya
masyarakat itu sendiri.
Konflik
bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah
siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi.
Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Konflik
sendiri tidak selalu harus dihindari karena tidak selalu negatif akibatnya.
Berbagai konflik yang ringan dan dapat dikendalikan (dikenal dan ditanggulangi)
dapat berakibat positif bagi mereka yang terlibat maupun bagi organisasi.
2.
REKOMENDASI
Janganlah sering membuat masalah-masalah yang akan
menimbulkan konflik. Dan jika kamu ingin menyelesaikan sebuah konflik maka
selesaikanlah dengan cara yang positif seperti, cara kompetisi, akomodasi,
sharing, kolaborasi dan penghindaran. Karena itu semua merupakan cara selain
dapat menyelesaikan konflik juga berdampak positif bagi kita semua.
Sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara, karena itu
damaikanlah perselisihan diantara saudara-saudaramu (Q.S Al-Hujurat 100)
DAFTAR PUSTAKA
Hartinah, Sitti, 2009, Konsep
Dasar Bimbingan Kelompok, Bandung : Revika Aditama
Hariadi, Samsi 2011, Dinamika Kelompok, Yogyakarta : Sekolah
Pascasarjana Universitas Gajah Mada
Karyawan, htpp: staff.uny.ac.id/.../JURNAL%20KONFLIK%20DAN%20MOTIVASI.pdf
, diakses pada tanggal 19 Maret 2016
Lumintang,
Juliana,2015,ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadiurna/article/download/7255/6758
, diakses pada tanggal 19 Maret 2016
T.Maas, Linda, 2004, http : library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-linda3.pdf,
di akses pada tanggal 19 Maret
2016.
0 Response to "makalah dinamika kelompok (konflik)"
Post a Comment